14 November 2018

Tinjauan Pustaka Kacang Hijau


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan buang air besar dan menambahsemangat hidup, juga digunakan untuk pengobatan (Atman, 2007).
            Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia. posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang hijau masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih rendah. Di samping itu, panen kacang hijau ini harus dikerjakan beberapa kali. Peningkatan produksi kacang hijau dilakukan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani, mendapatkan varietas-varietas yang produksinya tinggi dan masak serempak, serta peningkatan usaha pasaca panen. Dari segi agronomis dapat dilakukan dengan tindakan pengairan, pemupukan NPK dan pengaturan jumlah populasi, jarak tanam, sanitasi, pengendalian hama dan penyakit tanaman.
            Mengingat perlu adanya budidaya tanaman kacang hijau dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat,maka diperlukan upaya dan pengetahuan untuk membudidayakan tanaman kacang hijau dengan baik dan benar,baik dalam hal penyiapan lahan hingga pasca panen, untuk mengetahui hal tersebut salah satunya dengan praktikum budidaya tanaman kacang hijau agar cara budidaya dapat dilakukan dengan baik dan benar.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari faktor yang mempengaruhi  pertumbuhan  dan perkembangan tanaman kacang hijau
2. Untuk mengetahui proses-proses budidaya kacang hijau
3. Sebagai syarat untuk lulus mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodite), dapat menyerbuk sendiri, berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Biasanya berbunga 30 – 70 hari, dan polongnya menjadi tua 60 – 120 hari setelah tanam. Perontokan bunga banyak terjadi, mencapai 90%. Persilangan masih juga terjadi sampai 5%. Bunga biasanya diserbuki pada malam hari, sebelum mekar pagi hari berikutnya. Polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6 – 15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10 – 15 biji (Somaatmadja, 1993 dan Suprapto, 2007). 
            Tanah yang mempunyai pH 5.8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang hijau, sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyediaan makanan terhambat. Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang. Unsur hara ini cukup penting untuk meningkatkan produksinya (Suprapto, 2007).
            Lahan yang akan ditanami tanaman kacang hijau bisa sawah beririgasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering tegalan, serta lahan pasang surut dan lebak. Lahan kacang hijau prioritas pertama (sawah beririgasi) mempunyai keuntungan lahan lebih produktif, ketersediaan air lebih terjamin, biaya produksi relatif rendah (karena tanpa mengolah tanah secara intensif), terhindar resiko erosi, takaran pupuk lebih rendah, dan kualitas biji hasil panen lebih baik (Andrianto dan Indarto, 2008).
            Keberadaan air di alam dapat menjadi pembatas pertumbuhan tanaman, apabila jumlahnya terlalu banyak (menimbulkan genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi dan jika jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan cekaman kekeringan. Besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak genangan tergantung pada fase tumbuhan. Fase yang peka genangan : fase perkecambahan, fase pembungaan dan pengisian. pada tingkat yang berlebihan menyebabkan genangan pada tanaman (Manik, dkk , 2008).
             Biji Biji merupakan alat untuk melanjutkan hidup species suatu tumbuhan yaitu dengan cara mempertahankan dan memperpanjang kehidupan embryonic axis. Didalam biji terdapat embryo serta cadangan makanan yang menunjang embryo muda untuk berkecambah sampai berfotosintesis. Penyimpanan cadangan makanan merupakan salah satu fungsi utama biji. Penyimpanan cadangan berhubungan erat dengan proses pemasakan dan pengisian biji. Didalam proses pemasakan dan pengisian biji terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat optimumnya proses tersebut, faktor internal dipengaruhi oleh jenis tanaman dan keberagaman gen antar varietas dalam species, faktor ekternal yang berorientasi pada lingkungan dipengaruhi oleh kondisi iklim, dan kondisi lahan, serta teknik budidaya (Ma’rufah, 2008).
            Sifat lain yang turut menentukan mutu biji kacang hijau adalah ukuran dan warna biji. Ukuran biji berhubungan erat dengan kandungan biji keras. Varietas kacang hijau yang berbiji kecil mengandung biji keras lebih tinggi daripada varietas berbiji besar, makin besar ukuran biji maka kandungan biji keras makin rendah. Oleh karena itu, kacang hijau yang berbiji besar dan biji berwarna hijau kusam lebih disenangi petani karena rasanya lebih enak (pulen) serta harga jualnya lebih tinggi daripada yang berbiji kecil. Karakterisasi terhadap kacang hijau berbiji besar 70−73 g/1.000 biji (Hakim, 2008).
            Warna biji merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu biji kacang hijau. Kacang hijau yang berwarna hijau kusam mempunyai mutu lebih baik karena rasanya lebih enak (pulen) dan bila dibuat bubur lebih tahan basi daripada yang berwarna hijau mengkilat (Hakim, 2008).
            Pertumbuhan sesungguhnya adalah suatu konsep yang universal dalam bidang biologi dan merupakan resultante dari integrasi berbagai reaksi biokimia, peristiwa biofisik dan proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama dengan faktor luar. Titik awalnya adalah sel tunggal, yaitu zigot yang tumbuh dan berkembang menjadi organisme multisel. Selama pertumbuhan tidak saja terjadi perubahan bentuk, tetapi juga perubahan aktivitas fisiologi, susunan biokimia serta struktur dalamnya yang disebut diferensiasi. Pertumbuhan serta diferensiasi sel menjadi jaringan, organ, dan organisme disebut perkembangan atau morfogenesis, karena melalui perkembangan tumbuhan berubah bentuk dari zigot menjadi pohon (Hasnunidah, 2011: 85).
            Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Evita (2009) diperoleh hasil bahwa dosis pupuk kompos berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). Dosis pupuk kompos yang digunakan, yaitu 0 ton/ha, 2 ton/ha, 4 ton/ha, 6 ton/ha, 8 ton/ha dan 10 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 8 ton/ ha secara keseluruhan telah mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Evita, 2009: 5).
            Bagi masyarakat Indonesia kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman sumber protein yang penting setelah kedelai dan kacang tanah. Produksi kacang hijau nasional mencapai 204.670 ton dengan luas panen 182.075 ha. Produktivitas kacang hijau pada lahan pertanian di Indonesia adalah 11,24 ku/ha. Pada tahun 2015 Indonesia masih mengimpor kacang hijau sebesar 45.213 ton (Kementerian Pertanian, 2016).
            Usaha untuk meningkatkan produksi kacang hijau nasional perlu dilakukan baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Pada usaha intensifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan benih yang punya produksi tinggi. Beberapa varietas yang telah dilepas di Indonesia diantaranya adalah kutilang, murai dan vima-1 dengan potensi hasil masing-masing 1,96 ton/ha, 1,5 ton/ha dan 1,38 ton/ha (Kementerian Pertanian, 2013).
            Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean, green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang candi
(Makassar) (Astawan, 2009).
            Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau meliputi karbohidrat 62,9 g, protein 22,2 g, lemak 1,2 g juga mengandung Vitamin A 157 U, Vitamin B1 0,64 g, Vitamin C 6,0 g dan mengandung 345 kalori (Mustakim, 2012).
            Kacang hijau merupakan tanaman semusim yang sangat mudah untuk dibudidayakan. Kacang hijau dapat tumbuh disegala macam tipe tanah yang berdrainase baik. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Tanaman kacang hijau untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik menghendaki curah hujan optimal 50- 200 mm/bln; dengan temperatur 25-27 ºC dengan kelembaban udara 50-80%dan cukup  mendapat sinar matahari (Humaedah, 2014).
            Kacang hijau tumbuh tegak, batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku – buku. Batang berukuran kecil, berbulu, berwarna kecoklatan atau kemerahan. Tanaman ini bercabang banyak. Daunnya tumbuh majemuk dan 6 terdiri dari tiga helai anak daun tiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua serta letak daunnya berseling. Tangkai daun lebih panjang dari pada daunnya sendiri (Purwono dan Purnawati, 2007).
            Pada waktu penanaman, jarak tanam harus diperhatikan. Dengan jarak tanam yang tepat, penyinaran matahari akan dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman kacang hijau dalam proses fotosintesisnya. Jarak tanam yang optimum untuk kacang hijau dipengaruhi oleh varietas dan musim tanam. Populasi tanaman juga berguna besar terhadap produksi. Jarak tanam pada kacang hijau yaitu, 40 cm x 20 cm atau 30 cm x 20 cm, dengan 3-5 butir benih perlubang tanaman. Lubang tanaman cukup sekitar 3cm - 4cm karena ukuran benihnya kecil (Purwono dan Purnawati, 2007).
                Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kacang hijau di lahan petani antara lain kurang tersedianya benih berkualitas dari varietas unggul, tanaman mengalami kekeringan atau kelebihan air, teknik bercocok tanam belum optimal, adanya gangguan hama, penyakit, dan gulma, serta kendala sosial ekonomi (Sumarji 2013).
            Adapun menurut Triastono dan de Rosari (2011) dikatakan bahwa rendahnya produktivitas kacang hijau disebabkan antara lain penggunaan varietas lokal, benih tidak bermutu, dan teknologi budi daya bersifat tradisional.            Trustinah (2013) menyatakan bahwa rendahnya produktivitas kacang hijau di tingkat petani disebabkan oleh sebagian besar petani yang masih menggunakan varietas lokal yang umumnya memiliki umur panen lebih panjang dibanding varietas unggul dan biji masak tidak serempak.

No comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot