LAPORAN
PRAKTIKUM SOSIOLOGI PEDESAAN
PERALATAN
MEMASAK
OLEH :
??????
Dosen
Pengampu : Ir., Agus Purwoko.,M.Sc
Septri
Widiono,Sp.M.Si
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Budaya atau kebudayaan secara entimologi
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat
pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah
suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam
budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai
sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini
kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak
budaya kita yang lepas dari genggaman kita.
Seperti yang telah kita ketahui,
perkembangan budaya indonesia selalu dalam kondisi yang naik dan turun. Pada
awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang
kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk
indonesia sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia mengalami masa
penurunan terhadapa sosialisasi budaya bangsa sehingga penduduk kini telah
banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia. Semakin majunya arus
globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini sangat
berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya
kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini telah berkembang
menjadi masyarakat modern.
Sehingga sangat penting dilakukan
penelitian tentang hal tersebut. Penelitian ini kami lakukan di Desa Kampung
Melayu Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Jarak antara Kampung
Melayu-Curup (ibukota Kabupaten Rejang Lebong) hanya sekitar 25 km. Terletak di
kaki Bukit Daun dengan ketinggian kira-kira 900 mdpl. Kondisi relief permukaan
bumi yang berbukit-bukit disertai dengan jenis tanah, iklim, dan suhu yang
mendukung, daerah ini cocok untuk dikembangkan sebagai Kawasan Agropolitan yang
ideal di Kabupaten Rejang Lebong.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa sajakah alat memasak yang terdapat
di Desa Kampung Melayu ?
1.2.2
Apakah jenis alat memasak yang dominan
di Desa Kampung Melayu ?
1.3
Tujuan
Praktikum
1.3.1
Mengetahui nama alat memasak
1.3.2
Mengetahui jenis alat memasak
1.3.3
Mengetahui kegunaan dari alat memasak
1.4
Kegunaan
Praktikum
1.4.1
Dapat mengetahui nama alat memasak
1.4.2
Dapat mengetahui jenis dari alat memasak
1.4.3
Dapat mengetahui kegunaan dari alat
memasak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Kebudayaan
Kebudayaan
berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi,
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi
tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis
dalam bukunya: “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang di dapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006).
Kebudayaan
sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat
(Soekanto, 2007).
Dalam
kebudayaan terdapat pola-pola perilaku (patterns of behavior)
yang merupakan cara-cara masyarakat untuk bertindak atau berkelakuan yang sama
dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Setiap tindakan
manusia didalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi.
Khususnya dalam mengatur kehidupan manusia, kebudayaan dinamakan struktur
normatif ataudesigns for living (garis-garis
petunjuk dalam hidup). Artinya kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok
tentang perilaku yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus
dilakukan, apa yang dilarang, dan sebagainya. Contoh : peraturan-peraturan yang
ada pada masyarakat jawa, semisal seorang perempuan tidak boleh duduk didepan
pintu karena dapat menghambat jodoh, larangan membuat rumah
yang posisinya tusuk sate karena berada dalam posisi tidak menguntungkan
atau jauh dari hoki dan sebagainya (Kun Maryati, 2001).
Menurut
ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan millik
diri manusia dengan belajar. Dia membagi kebudayaan atas 7 unsur: sistem
religi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata
pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan bahasa dan kesenian. Kesemua
unsur budaya tersebut terwujud dalam bentuk sistem budaya/adat-istiadat (kompleks
budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks
sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda
kebudayaan) ( Koentjaraningrat, 2002 ).
Sistem
kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, organisasi
politik, norma atau hukum, perkawinan, kenegaraan, kesatuan hidup dan perkumpulan.
Sistim organisasi adalah bagian kebudayaan yang berisikan semua yang telah
dipelajari yang memungkinkan bagi manusia mengkoordinasikan perilakunya secara efektif
dengan tindakan-tindakan-tindakan orang lain (Abdulsyani,1994).
2.2 Konsep Alat Memasak
Alat
masak adalah alat-alat yang digunakan saat proses pengolahan bahan makanan dari
bahan mentah sampai bahan tersebut akan dimasak.
Macam-macam alat memasak :
-
Tungku
Tungku
adalah alat yang dipergunakan untuk memasak dengan bahan bakar kayu bakar.
·
Anglo
Anglo
adalah tungku dengan fungsi seperti kompor yang terbuat dari terakota (tanah
liat). Berbeda dari kompor, anglo tidak memiliki ruang pemanas tertutup,
sehingga api pembakar terbuka langsung dari bahan bakarnya.
Prinsip
pemakaian anglo sama seperti tungku batu sederhana, hanya saja dibuat ruang di
bagian bawah untuk menampung abu sisa pembakaran bahan bakar padat, seperti
arang atau batu bara. Di bagian atas anglo diberi tonjolan untuk meletakkan
periuk, dandang, atau panci. Anglo dapat difungsikan pula sebagai alat pembakar
dengan di bagian atasnya diletakkan tumang tungku. Tungku anglo telah dikenal
sejak lama di Nusantara. Kerajaan Majapahit, yang terkenal dengan penguasaan
teknologi terakota yang tinggi, memiliki peninggalan berupa anglo yang berhias
ukiran.
·
Kompor Gas
Kompor
gas digunakan dengan bahan bakar gas alam atau liquid petroleum gas alias lpg.
BBG banyak disukai karena emisi buangan yang bersih dan hasil pembakaran yang
baik.
·
Kompor Briket Batubara
Kompor
briket menggunakan potongan-potongan batubara sebagai bahan bakarnya. Sekali
dinyalakan kompor briket tidak dapat dimatikan, sehingga perlu diperhitungkan
jumlah briket yang dipakai sebelum memasak agar tidak terjadi pemborosan yang
tidak perlu.
2.
Alat Untuk Mamasak Bagian Atas
·
Dandang
Dandang
adalah alat untuk memasak nasi yang terbuat dari tembaga yang bentuknya seperti
topi tukang sulap terbalik.
·
Langseng
Langseng
adalah alat untuk memasak yang memiliki dua bagian terpisah yang kemudian
digabung saat memasak, di mana yang bawah berisi air, yang atas berisi makanan
yang mau dimasak.
·
Cerek atau Ceret
Cerek
adalah alat untuk memasak air yang ketika mendidih akan mengeluarkan uap pada
ujung moncongnya dan mengeluarkan bunyi bersiul.
·
Wajan atau Penggorengan
Wajan
bisa dibuat dari besi alumunium maupun stainless steel yang berfungsi untuk
menggoreng atau menumis masakan.
·
Panci
Panci
adalah alat masak-memasak untuk merebus atau memasak makanan yang mengandung
air yang bisa terbuat dari besi alumunium maupun stainless steel.
3.
Alat Dapur untuk Memasak atau Alat Dapur Lainnya
·
Tampah
Tampah
adalah alat yang terbuat dari anyaman bambu untuk menampih beras untuk dimasak
menjadi nasi
·
Talenan
Talenan
adalah alat sebagai alas bahan makanan yang mau diiris.
·
Parutan / Parut
Parutan
adalah berfungsi untuk memarut bahan makanan seperti kelapa, singkong, kentang,
wortel, jahe, dan lain sebagainya.
·
Cobek / Ulekan / Ulek-Ulek
Cobek
adalah alat untuk mengulek makanan menjadi halus. Biasanya digunakan untuk
menghaluskan bumbu yang akan dimasak.
·
Rice Cooker
Adalah
alat untuk memasak nasi secara otomatis dengan energi listrik.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Gambar dan Nama
|
Kegunaan
|
Gambar
1. Batu giling
|
Untuk
menghaluskan atau menggiling bahan untuk memasak, seperti cabe, lengkuas dann
sebagainya.
|
Gambar
2. Parutan
|
Untuk
memarut kelapa dan ubi
|
Gambar
3. Penyaring minyak
|
Untuk
mengangkat makanan yang sudah digoreng supaya minyak dapat dipisahkan
|
Gambar
4. Alu Batu
|
Untuk
menumbuk jagung menjadi tepung
|
Gambar
5. Tungku
|
Alas
atau tempat meletakkan cerek atau dandang
|
Gambar
6. Kompor Gas
|
Alat
untuk menghasilkan panas
|
Gambar
7. Cerek
|
Tempat
memasak air
|
Gambar
8. Dandang
|
Tempat
memasak air atau nasi
|
Gambar
9. kuali
|
Wadah
untuk memasak sambal atau wadah menggoreng
|
3.2
Pembahasan
Dari
sekian banyaknya masyarakat Desa Kampung Melayu,kami hanya mendatangi beberapa
sampel untuk mencari atau mendapatkan data tentang alat memasak yang terdapat
didesa tersebut. Pada praktikum ini kami lebih mengupayakan mencari alat-alat
memasak yang lebih berbau tradisional dibandingkan yang modern. Pada saat
mencari informasi tentang alat tersebut kami meminta izin terlebih dahulu,lalu
setelah diizinkan kami melemparkan beberapa pertanyaan ke narasumber dan
kemudian setelah mendapatkan jawaban kami meminta izin ke narasumber untuk
langsung melihat ke ruangan dapur.
Pada narasumber pertama, kami mendatangi
seorang narasumber yang bernama buk tia yang merupakan seorang petani. Pada
sumber yang pertama ini, kami mendapati beberapa alat memasak, seperti ; tungku
api yang masih tradisional, Tungku dari tanah ini sering
disebut dengan anglo. Fungsinya adalah sebagai kompor yang berisikan arang
untuk memasak makanan. Saat ini mungkin
sedikit orang yang masih menggunakan anglo untuk memasak di dapur,selain itu
terdapat juga batu gilingan cabe,kuali, dan cerek. kemudian terdapat juga alat
memasak yang modern yaitu kompor gas. Berdasarkan penjelasan buk Tia bahwa ia
lebih dominan memasak ditungku api, sedangkan kompor gas hanya sesekali saja.
Setelah
mendapatkan informasi dari narasumber pertama, kami melanjutkan kesebuah rumah
yang cukup jauh dari narasumber pertama, yaitu seorang perempuan 30-an yang
bernama buk Tukira, setelah mendapatkan izin buk Tukira kami langsung menuju
dapur. Disana kami melihat bahwa alat-alat memasak tergolong modern seperti
kompor gas dan lainnya. Kemudian kami juga tidak melihat adanya alat-alat
memasak yang tradisional.
Narasumber
kami selanjutnya ialah buk nengsih, seperti narasumber sebelumnya, kami meminta izin untuk langsung melihat
alat-alat memasak yang terdapat dirumah buk nengsih. Kami menemui suatu alat
memasak yang sangat tradisional dan alat tersebut dibuat sendiri oleh suaminya
yang memanfaatkan kayu dan bekas-bekas kaleng. Alat tersebut bernama serok dan
digunakan untuk memarut kelapa dan ubi. Selain serok, kami juga melihat
terdapatnya juga batu giling dan kompor gas.
Narasumber
yang ke-empat yang kami dapati ialah buk Lugiem yang pekerjaan sehari-harinya
ialah petani. Kami menemui beberapa alat memasak, sepeti alat memasak
narasumber sebelumnya, seperti ; batu gilingan cabe,cerek dan juga parutan
kelapa konvensional.
Narasumber
yang terakhir kami adalah perempuan yang cukup berusia yaitu buk Legira. Pada
ruangan memasak narasumber tersebut kami menemukan beberapa peralatan memasak,
baik itu tradisional maupun modern. Peralatan memasak yang tradisionalnya ialah
; lumpang batu, tungku api. Lumpang batu digunakan untuk menumbuk ubi,jagung
dan sebagainya untuk dijadikan tepung. Lumpang batu merupakan alat yang sangat
tradisional yang masih digunakan oleh buk Legira. Walaupun sekarang sudah ada mesin untuk menghasilkan tepung dan lebih
praktis, namun buk legira masih tetap menggunakan Lumpang Batu tersebut.
Kemudian narasumber juga menjelaskan bahwa dia hanya menggunakan kompor gas
ketika kondisi fisiknya tidak fit.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Terdapat
2 jenis alat memasak, yaitu alat memasak tradisional dan alat memasak modern. Dapat
kita simpulkan bahwa masyarakat Desa Kampung Melayu mayoritas sudah menggunakan jenis alat memasak modern dari pada alat
memasak tradisional. Alat memasak tradisional hanya digunakan sesekali saja,
bahkan jarang sekali. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh budaya dari luar
ataupun dikarenakan terbatasnya sumber daya alam sehingga banyak masyarakat
yang beralih menggunakan alat memasak modern yang praktis dan efisien.
4.2 Saran
Dalam
melaksanakan praktikum, hasil atau laporan yang dicantumkan harus sesuai dengan
data yang sebenarnya. Karena data tersebut akan dijadikan suatu informasi yang
bersifat ilmu pengetahuan. Kemudian praktikan juga harus memilih waktu yang
tepat pada saat mencari informasi dari narasumber sehingga tidak mengganggu aktivitas
ataupun pekerjaan narasumber.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1994. Sosiologi (skematika, teori dan terapan). Jakarta : Bumi Aksara
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Maryati, Kun . 2001. Sosiologi 3. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama
Ranjabar, jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor :
Ghalia Indonesia
Soerjono, sukanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : P.T
Raja Grafindo
2 comments:
Izin mengutip laporannya ya. Soalnya saya juga membuat laporan memasak menggunakan briket
OK Kakak
Post a Comment