31 January 2018

Praktikum sosped "peralatan memasak"


LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PEDESAAN
PERALATAN MEMASAK






OLEH :

??????

Dosen Pengampu : Ir., Agus Purwoko.,M.Sc
Septri Widiono,Sp.M.Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
                Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
            Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang ada ini terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
            Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita.
            Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan budaya indonesia selalu dalam kondisi yang naik dan turun. Pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia mengalami masa penurunan terhadapa sosialisasi budaya bangsa sehingga penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern.
            Sehingga sangat penting dilakukan penelitian tentang hal tersebut. Penelitian ini kami lakukan di Desa Kampung Melayu Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Jarak antara Kampung Melayu-Curup (ibukota Kabupaten Rejang Lebong) hanya sekitar 25 km. Terletak di kaki Bukit Daun dengan ketinggian kira-kira 900 mdpl. Kondisi relief permukaan bumi yang berbukit-bukit disertai dengan jenis tanah, iklim, dan suhu yang mendukung, daerah ini cocok untuk dikembangkan sebagai Kawasan Agropolitan yang ideal di Kabupaten Rejang Lebong.
           
1.2   Rumusan Masalah
1.2.1        Apa sajakah alat memasak yang terdapat di Desa Kampung Melayu ?
1.2.2        Apakah jenis alat memasak yang dominan di Desa Kampung Melayu ?

1.3   Tujuan Praktikum
1.3.1        Mengetahui nama alat memasak
1.3.2        Mengetahui jenis alat memasak
1.3.3        Mengetahui kegunaan dari alat memasak

1.4   Kegunaan Praktikum
1.4.1        Dapat mengetahui nama alat memasak
1.4.2        Dapat mengetahui jenis dari alat memasak
1.4.3        Dapat mengetahui kegunaan dari alat memasak




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kebudayaan
            Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis dalam bukunya: “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006).
            Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat (Soekanto, 2007).
            Dalam kebudayaan terdapat pola-pola perilaku (patterns of  behavior) yang merupakan cara-cara masyarakat untuk bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Setiap tindakan manusia didalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi. Khususnya dalam mengatur kehidupan manusia, kebudayaan dinamakan struktur normatif  ataudesigns  for living (garis-garis petunjuk dalam hidup). Artinya kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang dilarang, dan sebagainya. Contoh : peraturan-peraturan yang ada pada masyarakat jawa, semisal seorang perempuan tidak boleh duduk didepan pintu karena dapat menghambat jodoh,  larangan membuat rumah yang posisinya tusuk sate karena berada dalam posisi tidak menguntungkan atau jauh dari hoki dan sebagainya (Kun Maryati, 2001).
            Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan millik diri manusia dengan belajar. Dia membagi kebudayaan atas 7 unsur: sistem religi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan bahasa dan kesenian. Kesemua unsur budaya tersebut terwujud dalam bentuk sistem budaya/adat-istiadat (kompleks budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan) ( Koentjaraningrat, 2002 ).
            Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, organisasi politik, norma atau hukum, perkawinan, kenegaraan, kesatuan hidup dan perkumpulan. Sistim organisasi adalah bagian kebudayaan yang berisikan semua yang telah dipelajari yang memungkinkan bagi manusia mengkoordinasikan perilakunya secara efektif dengan tindakan-tindakan-tindakan orang lain (Abdulsyani,1994).
2.2 Konsep Alat Memasak
            Alat masak adalah alat-alat yang digunakan saat proses pengolahan bahan makanan dari bahan mentah sampai bahan tersebut akan dimasak.
Macam-macam alat memasak :
-           Tungku
            Tungku adalah alat yang dipergunakan untuk memasak dengan bahan bakar kayu bakar.
·         Anglo
            Anglo adalah tungku dengan fungsi seperti kompor yang terbuat dari terakota (tanah liat). Berbeda dari kompor, anglo tidak memiliki ruang pemanas tertutup, sehingga api pembakar terbuka langsung dari bahan bakarnya.
            Prinsip pemakaian anglo sama seperti tungku batu sederhana, hanya saja dibuat ruang di bagian bawah untuk menampung abu sisa pembakaran bahan bakar padat, seperti arang atau batu bara. Di bagian atas anglo diberi tonjolan untuk meletakkan periuk, dandang, atau panci. Anglo dapat difungsikan pula sebagai alat pembakar dengan di bagian atasnya diletakkan tumang tungku. Tungku anglo telah dikenal sejak lama di Nusantara. Kerajaan Majapahit, yang terkenal dengan penguasaan teknologi terakota yang tinggi, memiliki peninggalan berupa anglo yang berhias ukiran.
·         Kompor Gas
            Kompor gas digunakan dengan bahan bakar gas alam atau liquid petroleum gas alias lpg. BBG banyak disukai karena emisi buangan yang bersih dan hasil pembakaran yang baik.
·         Kompor Briket Batubara
            Kompor briket menggunakan potongan-potongan batubara sebagai bahan bakarnya. Sekali dinyalakan kompor briket tidak dapat dimatikan, sehingga perlu diperhitungkan jumlah briket yang dipakai sebelum memasak agar tidak terjadi pemborosan yang tidak perlu.
2.      Alat Untuk Mamasak Bagian Atas
·         Dandang
            Dandang adalah alat untuk memasak nasi yang terbuat dari tembaga yang bentuknya seperti topi tukang sulap terbalik.
·         Langseng
            Langseng adalah alat untuk memasak yang memiliki dua bagian terpisah yang kemudian digabung saat memasak, di mana yang bawah berisi air, yang atas berisi makanan yang mau dimasak.
·         Cerek atau Ceret
            Cerek adalah alat untuk memasak air yang ketika mendidih akan mengeluarkan uap pada ujung moncongnya dan mengeluarkan bunyi bersiul.
·         Wajan atau Penggorengan
            Wajan bisa dibuat dari besi alumunium maupun stainless steel yang berfungsi untuk menggoreng atau menumis masakan.
·         Panci
            Panci adalah alat masak-memasak untuk merebus atau memasak makanan yang mengandung air yang bisa terbuat dari besi alumunium maupun stainless steel.
3.      Alat Dapur untuk Memasak atau Alat Dapur Lainnya
·         Tampah
            Tampah adalah alat yang terbuat dari anyaman bambu untuk menampih beras untuk dimasak menjadi nasi

·         Talenan
            Talenan adalah alat sebagai alas bahan makanan yang mau diiris.
·         Parutan / Parut
            Parutan adalah berfungsi untuk memarut bahan makanan seperti kelapa, singkong, kentang, wortel, jahe, dan lain sebagainya.
·         Cobek / Ulekan / Ulek-Ulek
            Cobek adalah alat untuk mengulek makanan menjadi halus. Biasanya digunakan untuk menghaluskan bumbu yang akan dimasak.
·         Rice Cooker
            Adalah alat untuk memasak nasi secara otomatis dengan energi listrik.






















BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Gambar dan Nama
Kegunaan
Gambar 1. Batu giling
Untuk menghaluskan atau menggiling bahan untuk memasak, seperti cabe, lengkuas dann sebagainya.
Gambar 2. Parutan
Untuk memarut kelapa dan ubi
Gambar 3. Penyaring minyak
Untuk mengangkat makanan yang sudah digoreng supaya minyak dapat dipisahkan
Gambar 4. Alu Batu
Untuk menumbuk jagung menjadi tepung
Gambar 5. Tungku
Alas atau tempat meletakkan cerek atau dandang
Gambar 6. Kompor Gas
Alat untuk menghasilkan panas
Gambar 7. Cerek
Tempat memasak air
Gambar 8. Dandang
Tempat memasak air atau nasi
Gambar 9. kuali
Wadah untuk memasak sambal atau wadah menggoreng

3.2 Pembahasan
            Dari sekian banyaknya masyarakat Desa Kampung Melayu,kami hanya mendatangi beberapa sampel untuk mencari atau mendapatkan data tentang alat memasak yang terdapat didesa tersebut. Pada praktikum ini kami lebih mengupayakan mencari alat-alat memasak yang lebih berbau tradisional dibandingkan yang modern. Pada saat mencari informasi tentang alat tersebut kami meminta izin terlebih dahulu,lalu setelah diizinkan kami melemparkan beberapa pertanyaan ke narasumber dan kemudian setelah mendapatkan jawaban kami meminta izin ke narasumber untuk langsung melihat ke ruangan dapur.
              Pada narasumber pertama, kami mendatangi seorang narasumber yang bernama buk tia yang merupakan seorang petani. Pada sumber yang pertama ini, kami mendapati beberapa alat memasak, seperti ; tungku api yang masih tradisional, Tungku dari tanah ini sering disebut dengan anglo. Fungsinya adalah sebagai kompor yang berisikan arang untuk memasak makanan.  Saat ini mungkin sedikit orang yang masih menggunakan anglo untuk memasak di dapur,selain itu terdapat juga batu gilingan cabe,kuali, dan cerek. kemudian terdapat juga alat memasak yang modern yaitu kompor gas. Berdasarkan penjelasan buk Tia bahwa ia lebih dominan memasak ditungku api, sedangkan kompor gas hanya sesekali saja.
            Setelah mendapatkan informasi dari narasumber pertama, kami melanjutkan kesebuah rumah yang cukup jauh dari narasumber pertama, yaitu seorang perempuan 30-an yang bernama buk Tukira, setelah mendapatkan izin buk Tukira kami langsung menuju dapur. Disana kami melihat bahwa alat-alat memasak tergolong modern seperti kompor gas dan lainnya. Kemudian kami juga tidak melihat adanya alat-alat memasak yang tradisional.
            Narasumber kami selanjutnya ialah buk nengsih, seperti narasumber sebelumnya,  kami meminta izin untuk langsung melihat alat-alat memasak yang terdapat dirumah buk nengsih. Kami menemui suatu alat memasak yang sangat tradisional dan alat tersebut dibuat sendiri oleh suaminya yang memanfaatkan kayu dan bekas-bekas kaleng. Alat tersebut bernama serok dan digunakan untuk memarut kelapa dan ubi. Selain serok, kami juga melihat terdapatnya juga batu giling dan kompor gas.
            Narasumber yang ke-empat yang kami dapati ialah buk Lugiem yang pekerjaan sehari-harinya ialah petani. Kami menemui beberapa alat memasak, sepeti alat memasak narasumber sebelumnya, seperti ; batu gilingan cabe,cerek dan juga parutan kelapa konvensional.
            Narasumber yang terakhir kami adalah perempuan yang cukup berusia yaitu buk Legira. Pada ruangan memasak narasumber tersebut kami menemukan beberapa peralatan memasak, baik itu tradisional maupun modern. Peralatan memasak yang tradisionalnya ialah ; lumpang batu, tungku api. Lumpang batu digunakan untuk menumbuk ubi,jagung dan sebagainya untuk dijadikan tepung. Lumpang batu merupakan alat yang sangat tradisional yang masih digunakan oleh buk Legira. Walaupun sekarang sudah  ada mesin untuk menghasilkan tepung dan lebih praktis, namun buk legira masih tetap menggunakan Lumpang Batu tersebut. Kemudian narasumber juga menjelaskan bahwa dia hanya menggunakan kompor gas ketika kondisi fisiknya tidak fit.











BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Terdapat 2 jenis alat memasak, yaitu alat memasak tradisional dan alat memasak modern. Dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Desa Kampung  Melayu mayoritas sudah menggunakan  jenis alat memasak modern dari pada alat memasak tradisional. Alat memasak tradisional hanya digunakan sesekali saja, bahkan jarang sekali. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh budaya dari luar ataupun dikarenakan terbatasnya sumber daya alam sehingga banyak masyarakat yang beralih menggunakan alat memasak modern yang praktis dan efisien.

4.2 Saran
            Dalam melaksanakan praktikum, hasil atau laporan yang dicantumkan harus sesuai dengan data yang sebenarnya. Karena data tersebut akan dijadikan suatu informasi yang bersifat ilmu pengetahuan. Kemudian praktikan juga harus memilih waktu yang tepat pada saat mencari informasi dari narasumber sehingga tidak mengganggu aktivitas ataupun pekerjaan narasumber.















DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1994. Sosiologi (skematika, teori dan terapan). Jakarta : Bumi             Aksara
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Maryati, Kun . 2001. Sosiologi 3. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
Ranjabar, jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor : Ghalia    Indonesia
Soerjono, sukanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : P.T Raja Grafindo


  

2 comments:

Elsa Hash said...

Izin mengutip laporannya ya. Soalnya saya juga membuat laporan memasak menggunakan briket

Profil said...

OK Kakak

Post Top Ad

Your Ad Spot