LAPORAN PRAKTIKUM TERPADU
MANAGEMEN PRODUKSI “PROSES PASCA PRODUKSI”
BUAH CARICA
Nama Kelompok :
Adithya Dwi Kuntardi |
E1D015029
Feby Friska Silaen |
E1D015068
Alex Robinson Siagian |
E1D015106
Ade Saputra |
E1D015114
Yohana F.D Tampubolon |
ED1015175
Dosen Pembimbing : Apri Andani, SP, MSi
LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
NOVEMBER 2017
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang
proses pasca produksi pada CV Yuasa Food Berkah Makmur .
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
laporan ini.
Akhir
kata kami berharap semoga laporan tentang proses pasca produksi ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bengkulu,
November 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
3.2 Proses Pengemasan Hingga Produk Siap
Didistribusikan/Dipasarkan
3.3 Manajemen Persediaan Produk Jadi
3.6 Proses Peramalan Produksi Pada Periode
Berikutnya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara agraris.
Mempunyai lahan pertanian yang luas, dan tidak mengherankan perekonomiannya
masih bertumpu pada sektor pertanian. Dari sektor pertanian pertanaman banyak
menghasilkan aneka hasil pertanian yang dapat diolah menjadi aneka produk
olahan diversifikasi.
Buah carica merupakan salah satu komoditas
buah-buahan yang tidak mudah ditemukan di daerah lain di Indonesia, namun
tumbuh subur di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng yang terletak kurang
lebih 120 kilometer dari Semarang sebagai ibukota propinsi menyimpan banyak
potensi wisata. Buah carica memiliki citarasa unik, bau
harum yang khas, dan daging buah yang kenyal. Karakteristik buah carica yang
memiliki rasa masam, pahit, dan getah yang dapat menimbulkan gatal, membuat
buah ini hanya enak dimakan apabila telah diproses terlebih dahulu.
Buah carica juga termasuk dalam komoditi pertanian yang
tidak tahan lama atau sangat cepat mengalami kerusakan bila disimpan dalam
keadaan segar. Oleh karena itu, adanya upaya pengolahan lebih lanjut sangat
membantu memperpanjang masa simpan buah sehingga dapat dikonsumsi kapan saja,
lebih praktis, dan memberi nilai tambah terhadap buah. Salah satu industri
pengolahan buah yang cukup berkembang dan menjadi unggulan di Kabupaten
Wonosobo adalah industri kecil olahan carica. UD. Yuasafood Berkah Makmur
adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan pangan yang
melibatkan proses produksi dan quality control. Proses produksi yang dijalankan
adalah memproduksi sirup, selai, Juice dan juga manisan yang bahan bakunya
berasal dari buah Carica (pepaya gunung). Secara tidak langsung pengolahan buah
carica menjadi manisan dan juga produk lain dapat meningkatkan daya simpan
produk dan juga dapat meningkatkan nilai ekonomi buah carica serta sebagai
salah satu diversifikasi produk olahan berbahan dasar carica. Pada pembahasan
kali ini kami membahas penanganan pasca produksi.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana proses
pengemasan hingga produk siap didistribusikan?
b.
Bagaimana cara perusahaan mengatur persediaan
produk jadinya?
c.
Bagaimana cara perusahaan mengelola limbah yang
dihasilkan?
d.
Bagaimana bentuk/cara peramalan produksi yang
akan dating oleh perusahaan?
1.3Tujuan
1.
Umum :
a.
Mengamati
dan memahami proses produksi pada suatu perusahaan.
b.
Memetakan dan mengkaji
proses produksi yang ada pada perusahaan berdasarkan kajian teori yang telah
diberikan.
c.
Meningkatkan kemampuan
analisa mahasiswa tentang manajemen produksi, dengan menuangkan perbandingan
teori dan dunia nyata menjadi sebuah tulisan.
2.
Khusus
:
a.
Mengetahui proses
pengemasan hingga produk siap didistribusikan.
b.
Mengetahui cara perusahaan
mengatur persedian produk jadinya.
c.
Mengetahui cara perusahaan
mengelola limbah yang dihasilkan.
d.
Mengetahui bentuk/cara
peramalan produksi yang akan datang oleh perusahaan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Proses Pengemasan Hingga Produk Siap
Didistribusikan/Dipasarkan
Pengemasan
merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi yangtepat bagi bahan pangan
untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu yangdiinginkan (Buckleet al .,1987).
Kerusakan yang disebabkan oleh lingkungandapat dikontrol dengan pengemasan.
Kerusakan ini antara lain absorbsi uap airdan gas, interaksi dengan oksigen dan
kehilangan serta penambahan citarasa yangtidak diinginkan. Kerusakan yang
bersifat alamiah dari produk tidak dapatdicegah dengan pengemasan, kerusakan
ini antara lain adalah kerusakan secarakimiawi (Jenie dan Fardiaz, 1989).
Menurut Muchtadi (2000), kerusakan kimiawiantara lain disebabkan karena
perubahan yang berkaitan dengan reaksi enzim,rekasi hidrolisis dan reaksi
pencoklatan non enzimatis yang menyebabkan perubahan penampakan.Pengemasan
adalah suatu cara atau suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau
produk agar bahan dan produk tersebut baik yang belum maupun yangsudah
mengalami pengolahan sampai ke tangan konsumen dengan selamat.
Menurut Wills et al.(1981) kemasan yang memenuhi syarat
untuk pengemasan bahan pangan adalah yang mempunyai sifat :
1.
Kuat untuk melindungi bahan selama penyimpanan,
transportasi dan penumpukan,
2.
Tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas,
3.
Bentuk sesuai dengan cara penanganan dan
pemasarannya,
4.
Sifat permeabilitas film kemasan sesuai dengan
laju kegiatan respirasi bahan yangdikemas dan biaya kemasan sesuai dengan bahan
yangdikemas.
Pengemasan memiliki peranan penting dalam memeprttahankan mutusuatu bahan
dan proses pengemasan telah dianggap sebagai bagian integral dari proses
produksi.
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan memegang
peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Pada umumnya pengemasan
berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industry
untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industry ada dalam
bentuk-bentuk yang memudahkan penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke
masyarakat pembeli. (Azriani, Y. 2006)
Pengemas harus mempertahankan produk agar tetap bersih
dan memberikan perlindungan terhadap kontaminasi dan pencemaran lainnya.
Kemasan harus memberikan perlindungan pada makanan terhadap kerusakan fisik,
air, udara dan sinar harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis dalam
proses pengepakan, serta harus mempunyai ukuran, bentuk, berat yang memudahkan
bagi proses selanjtnya dan harus memberikan informasi dan daya tarik bagi
konsumen. (Syarief, et al., 1989)
2.2 Manajemen Persediaan Produk Jadi
Menurut Malayu S.P Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
edisi revisi tahun 2003, manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti
mengatur (mengelola). Manajemen termasuk kelompok ilmu social dan proses,
karena didalam manajemen terdapat adanya kegiatan-kegiatan yang harus
dolakukan, misalnya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan.
Dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar yang diinginkan,
sebuah perusahaan harus memulai dengan produk atau jasa yang dirancang untuk
memuaskan keinginan konsumen. Maka dari itu perusahaan harus berusaha mengambil
hati para konsumen untuk memperlancar jalannya produksi. Konsumen biasanya
menginginkan produknya dapat membuat hati para konsumen terpuaskan dan
mempunyai kualitas produk.
Menurut Kotler dan Keller (2007 : 4) produk adalah : Segala sesuatu yang
dapat ditawarkan kedalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau
dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu keinginan/semua kebutuhan.
Dalam hal ini memberikan batasan produk dianggap memuaskan kebutuhan dan
keinginan. Produk dapat berupa suatu benda (object), rasa (service), kegiatan
(acting), orang (person), tempat (place), organisasi dan gagasan dimana suatu
produk akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen, jika memiliki keunggulan
dibanding dengan produk lain sejenis.
Persediaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dikelola
perusahaan, di samping aspek lainnya. Bagi perusahaan yang bergerak dalam
bidang produksi barang, maka kebutuhan persediaan guna menunjang proses
produksinya sangat diperlukan persediaan, baik berupa persediaan bahan mentah
atau bahan setengah jadi. Ketersediaan persediaan bahan mentah atau bahan
setengah jadi untuk proses produksi selanjutnya akan dapat menghindari
tersendatnya proses produksi sebagai akibat jika tidak dapat disediakan sesuai
jadwal kebutuhan produksi. Lebih dari itu dalam jangka panjang persediaan perlu
guna menghindari kelangkaan bahan baku atau kenaikan harga yang tak terduga. Terjadinya
kelangkaan bahan baku akan mengakibatkan tersebdatnya proses produksi,
sedangkan kenaikan bahan baku akan mengakibatkan naiknya ongkos produksi,
sehingga akan berpengaruh kepada harga jual.
Manajemen persediaan produk jadi meliputi semua barang yang dimiliki
perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual kembali atau
dikomsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan sebagai barang yang
dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa yang akan datang, semua
barang yang berwujud dapat disebut sebagai inventory, tergantung dari sifat dan
jenis usaha perusahaan.
Berikut aspek-aspek manajemen persediaan produk jadi meliputi:
·
Perencana produksi
Bertujuan agar
dilakukanya persiapan yang sistematis bagi produksi yang akan dijalankan.
Keputusan yang harus dihadapi dalam perencanaan produksi:
1)
Jenis barang yang diproduksi
2)
Kualitas barang
3)
Jumlah barang
4)
Bahan baku
·
Pengendalian produksi
Bertujuan agar mencapai
hasil yang maksimal demi biaya seoptimal mungkin. Adapun kegiatan yang
dilakukan antara lain :
1)
Menyusun perencanaan
2)
Membuat penjadwalan kerja
3)
Menentukan kepada siapa barang akan
dipasarkan.
·
Pengawasan produksi
Bertujuan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Kegiatanya
meliputi :
1)
Menetapkan kualitas
2)
Menetapkan standar barang
3)
Pelaksanaan prouksi yang tepat waktu
2.3 Manajemen Limbah
Limbah adalah zat atau bahan
buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia (Ign Suharto, 2011 :226).
Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman,
atau sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil
buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi lingkungan. Apabila
konsentrasi dan kuantitas melibihi ambang batas, keberadaan limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Adapun
penggolongan limbah secara umum menurut Nusa Idaman Said,2011 adalah sebagai
berikut:
a. Berdasarkan polimer
penyusun mudah dan tidak terdegradasinya menurut Nusa Idaman Said, 2011, limbah
dibagi menjadi dua golongan besar:
1. Limbah yang dapat mengalami
perubahan secara alami (degradable waste = mudah terurai), yaitu limbah yang
dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti daun-daun, sisa
makanan, kotoran, dan lain-lain.
2. Limbah yang tidak atau
sangat lambat mengalami perubahan secara alami (nondegradable waste = tidak
mudah terurai), misanya plastic, kaca, kaleng, dan sampah sejenisnya.
b. Berdasarkan Wujudnya
menurut Ign Suharto, 2011, limbah dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Limbah padat, limbah padat
adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat kering, tidak dapat
berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah padat ini misalnya, sisa
makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah, plastik, dan logam
2. Limbah cair, limbah cair
adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu
berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci
pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan sebagainya.
3. Limbah gas, limbah gas
adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas dapat dilihat
dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat
luas. Contoh limbah gas adalah gas pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan
bahan bakar minyakjuga menghasilkan gas buangan yang berbahaya bagi lingkungan.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak
baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih
penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya
cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri
(semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus
semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan
output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan
industri tersebut sangat kurang. (Pranowo, 2009)
Dalam rangka pengendalian pencemaran lingkungan oleh
limbah industri, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan KepMen LH No.
51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah industri. Perundang-undangan tersebut
mewajibkan setiap usaha atau kegiatan melakukan pengolahan limbah sampai
memenuhi persyaratan baku mutu air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Untuk
mengetahui apakah hasil degradasi limbah tekstil oleh jamur Daedaleopsis eff.
confragosa telah memenuhi persyaratan baku mutu tersebut, maka dilakukan
pengujian yang meliputi uji BOD5, COD, TSS, pH, dan warna.
Ada beberapa metode dalam proses pengolahan limbah
padat yaitu dengan memakai metode landfills (pengerukan), recycling
(daur-ulang), composting (pengomposan) incineration (penempatan bahan limbah),
dan marine di sposal (membuang kedalam laut). Di Amerika Serikat hamper 90%
proses pengelolaan lombah padat dilakukan dengan menggunakan metode landfills.
Jenis umum yang dipakai dalam pengelolaan limbah padat adalah dengan ditumpuk
sedikit demi sedikit untuk mengendalikan polusi atau estetika. Limbah
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak tersentuh atau dengan cara di bakar.
Jenis pengolahan limah secara open dump dapat menjadi sumber polusi. Bencana
dan degradasi lingkungan oleh karena itu harus ditinggalkan dan metode yang
lebih baik serta menjadi acuan adalah metode sanitary landfills. (Ginting P,
2002)
2.4 Proses Peramalan Produksi pada Periode
Berikutnya
Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk
suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang
akan dating. Oleh karena itu, peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran,
tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu peramalan dapat lebih daripada
hanya satu taksiran.
Menurut John E Biegel (1999), peramalan adalah kegiatan memperkirakan
tingkat permintaan produk yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa
produk dalam periode waktu tertentu dimasa yang akan datang.
Organisasi selalu menentukan sasaran dan tujuan, berusaha menduga
factor-faktor lingkungan, lalu memilih tindakan yang diharapkan akan
menghasilkan pencapaian sasaran dan tujuan tersebut. Kebutuhan akan peramalan
meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungannya pada
hal-hal yang belum pasti. Peralamalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam
menghadapi lingkungan manajemen. Karena setiap organisasi berkaitan satu sama
lain, baik buruknya ramalan dapat mempengarui seluruh bagian organisasi.
(Makridakis, 1988)
Penggunaan peramalan dalam pengambilan keputusan oleh setiap pimpinan,
baik pimpinan perusahaan maupun organisasi merupakan hal sangat penting. Dengan
demikian seorang peneliti atau analis sering menggunakan peramalan dalam
penelitiannya, dengan teknik dan metode peramalan yang tepat. Dalam pemilihan
teknik dan metode peramalan yang tepat perlu diketahui beberapa ciri-ciri
penting yang sangat berpengaruh terhadap analisa dan pengambilan keputusan
dalam mempersiapkan peramalan. (Assauri, 1999)
Ciri utama yang perlu diperhatikan:
·
Horison waktu. Periode waktu selama suatu
keputusan atau analisa akan mempunyai pengaruh dan untuk ini manajer atau
analis harus merencanakan dan pengaruh-pengaruh pemilihan teknik dan metode
peramalan yang tepat.
·
Tingkat perincian. Tugas-tugas dalam pengambilan
keputusan dan analisa umumnya dibagi-bagi. Dalam pemilihan teknik atau metode
peramalan untuk suatu keadaan tersebut haruslah hati-hati, karena harus
disesuaikan dengan tingkat perincian yang dibuthkan dari peramalan tersebut.
·
Jumlah produk. Dalam keadaan dimana keputusan
atau analisa yang dibuat mengenai berbagai produk perusahaan, maka hendaklah
ada usaha pengembangan secara efektif atasaturan pengambilan keputusan.
·
Pengawasan versus perencanaan. Dalam metode
peramalan dibutuhkan untuk pengawasan adalah metode peramalan yang mampu
memperkirakan perubahan-perubahan yang terdapat dalam pola dasar.
Peramalan produksi akan produk diwaktu mendatang dan
bagian-bagiannya sangat penting dalam perencanaan dan pengawasan produksi.
Suatu peralamalan banyak mempunyai arti, maka peramalan tersebut perlu
direncanakan dan dijadwalkan sehingga akan diperlukan suatu periode waktu yang
dibutuhkan untuk membuat suatu kebijaksanaan dan menetapkan beberapa hal yang
mempengaruhi kebijaksanaan tersebut.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Perusahaan Yuasafood Berkah
Makmur didirikan secara resmi oleh Bapak Trisila Juwantara pada tanggal 21 Juni
2001. Industri ini didirikan dengan tujuan awal untuk memperoleh kemandirian
finansial dalam keluarga. Visi yang cukup sederhana itu dilatarbelakangi oleh
kondisi dari pendiri perusahaan yang mendapatkan PHK dari tempatnya bekerja di
PT. Dieng Jaya. Dengan bekal pengalaman yang diperoleh sewaktu masih bekerja di
PT. Dieng Jaya, Bapak Trisila dengan gigih mencoba mengembangkan lagi potensi
Buah Carica (buah khas Pegunungan Dieng) agar kembali dikenal masyarakat.
Perusahaan Yuasafood Berkah
Makmur ini pada awalnya merupakan UKM yang memperoleh pembinaan dari Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Kota Wonosobo. Karena perkembangannya yang cukup
pesat, oleh pemiliknya Yuasafood Berkah Makmur didaftarkan statusnya menjadi UD
(Usaha Dagang) sekaligus pengajuan perijinan PIRT. Karena permintaan dari
konsumen semakin banyak perusahaan mulai menambah jumlah karyawan. Pada awalnya
semua karyawan di perusahaan ini merupakan karyawan harian, karena pada saat
itu permintaan konsumen belum begitu banyak. Menurut keterangan Bapak Trisila,
dulu buah Carica belum begitu populer di kalangan petani Dieng, terutama
setelah perusahaan besar yang pertama mengolah buah Carica diketahui telah
mengalami kebangkrutan. Kesulitan penyediaan bahan baku buah Carica membuat
Bapak Trisila berinisiatif untuk melakukan pendekatan kepada para petani Dieng
dan memberikan motivasi untuk mau menanam buah Carica. Dan akhirnya pengorbanan
Bapak Trisila tidak sia-sia, karena sampai kini perusahaan telah memiliki 13
orang supplier yang selalu menyediakan bahan baku buah Carica untuk perusahaan.
Pengambilan nama “Yuasafood
Berkah Makmur” didasarkan pada singkatan nama keluarga Bapak Trisila yang jika
disambungkan akan membentuk nama Yuasa, memang latar belakang pendirian usaha
ini berawal dari dorongan keluarga. Sedangkan “food” diartikan sebagai usaha
pengolahan makanan, dan “Berkah Makmur” merupakan doa dan harapan dari pendiri
perusahaan agar usahanya ini mendatangkan keberkahan dan kemakmuran bagi
keluarganya sendiri maupun untuk orang lain.
Gagasan mengenai pendirian
perusahan Yuasafood Berkah Makmur adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut:
a. Ingin mengenalkan potensi buah Carica khas
Dieng agar lebih dikenal masyarakat luas.
b.
Melakukan inovasi pengolahan pangan agar tanaman Carica bisa lebih mudah dan
nikmat dikonsumsi.
c. Lokasi dekat dengan sumber bahan baku.
d. Adanya semangat untuk memperoleh
kemandirian finansial, karena sebelumnya telah mengalami pemutusan hubungan
kerja di salah satu perusahaan besar kala itu yang telah mengalami
kebangkrutan.
Seiring berjalannya waktu,
perusahaan Yuasafood Berkah Makmur juga melebarkan sayapnya untuk melakukan
pengolahan berbagai macam produk pangan seperti pengolahan keripik jamur,
pengolahan salak, pembuatan sirup, pembuatan jus buah, dan sebagainya.
2. Lokasi Pabrik
Perusahaan pengolah makanan
manisan Carica (Carica in Syrup) Yuasafood Berkah Makmur terletak di Jln. Dieng
Km. 3,5 Krasak, Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Letak pabrik
bersebelahan dengan rumah pemilik sekaligus pimpinan utama perusahaan Yuasafood
Berkah Makmur, yaitu Bapak Trisila Juwantara. Lokasi pabrik Yuasafood Berkah
Makmur berjarak 3,5 km dari pusat kota Wonosobo. Letaknya yang strategis
membuat perusahaan ini semakin cepat berkembang, karena berada pada jalur
wisata Kota Wonosobo-Dataran Tinggi Dieng dengan sarana transportasi yang
lancar. Selain itu juga dekat dengan sumber bahan baku yang berasal dari
pegunungan Dieng.
3. Tujuan Pendirian Perusahaan
Berdasarkan Anggaran Dasar
(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) perusahaan, tujuan didirikannya perusahaan
Yuasafood Berkah Makmur adalah :
a. Memperoleh kemandirian finansial.
b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat
sekitar perusahaan.
c. Mengangkat potensi buah Carica agar lebih
dikenal masyarakat luas.
d. Membantu pemerintah dalam upaya mengurangi
jumlah pengangguran dengan memberikan kesempatan kerja.
4. Keadaan Lingkungan Sekitar Pabrik
Kondisi lingkungan di
sekitar pabrik sangat mendukung proses pengembangan usaha pengolahan buah
Carica. Di samping letaknya yang dekat dengan sumber bahan baku, posisi pabrik
berada pada jalur strategis kawasan wisata kota Wonosobo. Sehingga untuk
pemasaran pun akan semakin mudah. Pabrik terletak di tengah-tengah pemukiman
penduduk, namun proses produksi yang dilakukan setiap harinya tidak menimbulkan
gangguan bagi masyarakat sekitar pabrik. Kondisi lingkungan yang bersih dan
sejuk merupakan tempat yang cocok untuk memulai usaha pengolahan buah Carica.
Persaingan usaha pengolahan buah Carica di daerah ini terbilang cukup padat,
karena usaha ini pada awalnya merupakan bentuk kerja sama dari Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Kota Wonosobo untuk mengembangkan potensi lokal
dengan cara melakukan pembinaan terhadap UKM-UKM yang ada di Wonosobo. Dari
sekian banyak UKM yang mengembangkan usaha pengolahan buah Carica, perusahaan
Yuasafood Berkah Makmur merupakan yang paling cepat pertumbuhannya.
5. Visi dan Misi Perusahaan
·
Visi
Act Local-Think Global. Industry carica yang berkearifan local pemasaran
global.
·
Misi
Bersama masyarakat mengembangkan Carica Dieng
mengembangkan industry pengalengan skala besar mengembangkan pasar Carica
keseluruh dunia menjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk,
menciptakan lapangan pekerjaan, mengangkat martabat produk local didunia
internasional.
·
Value
Pemberdayaan masyarakat local, bekerja keras, dan cerdas, jujur dan
tanggung jawab, mengutamakan kualitas produk dan kepuasan pelanggan
berorientasi pasar nasional dan internasional, mensejahterakan keluarga,
karyawan dan lingkungan pekerja dilandasi prinsip ibadah, mewariskan
nilai-nilai positif bagi generasi penerus.
3.2 Proses Pengemasan
Hingga Produk Siap Didistribusikan/Dipasarkan
1. Proses Pengemasan
Setelah proses pembuatan
selesai, manisan dimasukkan kedalam wadah. Manisan dapat tahan lama dalam
jangka waktu yang relatif lama apabila dikemas denganbaik.Kemasan yang umum
digunakan untuk wadah manisan adalah gelas jar dan tertutup rapat, plastik PE,
PP dan Polistiren.
Pengemasan bertujuan untuk
melindungi produk dan memudahkan penanganan dalam penyimpanan transportasi
danpemasaran. Perlakuan-perlakuan ini bertujuan agar kotoran atau bagian yang
tidak dikehendaki dapat hilang, agar ruang pendingin dimanfaatkan secara
efisien, agar perlakuan dingin dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dingin dari
produksinya (Afrianti MS, 2008). Pengemasan bahan pangan harus memperlihatkan 5
fungsi–fungsi utama; yang pertama harus dapat mempertahankan produk agar
bersih, kedua harus memberikan
perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan
sinar, ketiga harus berfungsi secara benar efisien dan ekonomis, keempat harus
mempunyai tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan dan kelima harus
memberi penerangan keterangan dan daya tarik penjualan (Buckle et al, 1985).
Tahap akhir dari pembuatan manisan Carica ini
adalah pencampuran manisan Carica dan sirup ke dalam satu kemasan. Proses yang
dilakukan antara lain:
a. Penimbangan
Potongan buah Carica yang selesai diblansing
dan telah direndam dalam air hangat ditimbang beratnya sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkanperusahaan.
·
Untuk kemasan cup mangkok plastik : +75 gr
·
Untuk kemasan cup gelas plastik :
50 – 60 gr
·
Untuk kemasan gelas kaca kecil :
+135 gr
b. Pengemasan
Kemasan yang digunakan dalam pembuatan
manisan Carica ini adabeberapa macam, antara lain:
·
Kemasan cup mangkok plastik jenis PP ukuran 250 gr.
·
Kemasan cup gelas plastik jenis PP ukuran 220 gr.
·
Kemasan gelas kaca kecil 360 gr.
·
Kemasan gelas kaca besar 800 gr.
·
Kemasan pouch (plastik PP) dengan ukuran menyesuaikan permintaan.
Kemasan yang sangat sering
diproduksi adalah kemasan cup mangkok plastik, cup gelas plastik, dan gelas
kaca kecil. Proses pengemasan yang dilakukan adalah dengan memasukkan potongan
daging buah Carica ke dalam kemasan sesuai ukuran yang ditetapkan kemudian
dituangkan ke dalamnya larutan sirup yang telah disaring. Untuk kemasan cup
mangkok plastik dan cup gelas plastic proses sealing menggunakan mesin Manual
Plastic Sealer. Daging buah yang sudah dimasukkan ke dalam kemasan kemudian
dikumpulkan dalam keranjang. Keranjang tersebut kemudian dibawa ke bagian
sealer. Oleh bagian sealer kemasan berisi potongan Carica kemudian dituang
sirup ke dalamnya sampai benar-benar penuh, dan langsung disealer menggunakan
plastik PP berlaminasi. Sedangkan untuk kemasan gelas kaca, proses pengisiannya
sama dengan kemasan plastik, hanya proses penutupan kemasan dilakukan secara
manual dengan cara memutar tutup kemasan yang terbuat dari tinplate berlapis
karet dengan menggunakan sarung tangan khusus sampai benar-benar rapat.
Kemasan yang digunakan
dalam produksi manisan Carica ini ada 2 buah, yaitu kemasan plastik/gelas kaca
sebagai kemasan primer dan kertas karton/kardus sebagai kemasan sekunder.
Produk akan dimasukkan kedalam kemasan sekunder jika telah melalui proses pelabelan
terlebih dahulu.
Produk akhir yang
dihasilkan dari perusahaan Yuasafood BerkahMakmur adalah manisan Carica (Carica
In Syrup) dengan spesifikasisebagai berikut :
1)
Kadar gula : 13 Brix
2)
pH : 3,5 - 4
3)
Warna larutan : Kuning jernih
4)
Warna padatan : Kuning cerah
5)
Aroma : Aroma khas buah Carica
6)
Kontaminasi fisik : Tidak ada
7)
Cemaran mikroba : Tidak ada
Produk yang telah dikemas
baik menggunakan kemasan plastik maupun gelas kaca selanjutnya akan memasuki
tahap akhir pembuatanproduk manisan Carica yang meliputi:
1)
Pasteurisasi
Menurut F.G Winarno (1993) pasteurisasi
adalah suatu proses pemanasanyang dapat membunuh atau memusnahkan sebagian
tetapi tidak semuamikroba yang ada dalam bahan dan biasanya menggunakan suhu
dibawah 100oC. Pemanasan dapat dilakukan dengan uap air, air
panas,panas kering, atau aliran listrik. Bahan pangan yang dipanaskankemudian
segera didinginkan.Jadi proses pasteurisasi ini berfungsi sebagai proses
antisipasi terakhiryang dilakukan untuk menghilangkan/meminimalisir mikroorganismeyang
hidup dalam produk. Pemanasan yang dilakukan pada proses inimenggunakan suhu
85-95oC dengan waktu pasteurisasi antara 45–60menit tergantung dari
jenis dan jumlah bahan yang akan diberi perlakuanpasteurisasi. Proses
pasteurisasi pada pembuatan manisan Carica (Caricain Syrup) dibedakan
perlakuannya antara proses pasteurisasi untuk kemasan plastik dan kemasan gelas
kaca.
ü
Kemasan plastic
Prosedur melakukan pasteurisasi untuk kemasan plastik adalah dengancara
perebusan. Produk manisan kemasan plastik dimasukkan kedalam air yang telah
dipanaskan hingga mencapai suhu 85-95oC,kemudian suhu dijaga agar
tetap pada kisaran itu agar pasteurisasiberlangsung sempurna dan tidak
mempengaruhi kualitas produk.Waktu yang dibutuhkan untuk pasteurisasi kemasan
cup mangkokplastik adalah 1 jam, sedangkan untuk kemasan cup gelas plastic
adalah 45 menit. Perbedaan ini disebabkan oleh ketebalan darikemasan, kemasan
cup mangkok plastik lebih tebal daripada kemasancup gelas plastik, sehingga
waktu yang dibutuhkan panas untuksampai ke titik tengah produk juga berbeda.
Hal ini pentingdiperhatikan karena keberhasilan proses pasteurisasi adalah
padatersebar meratanya panas yang dikehendaki ke seluruh bagian produk,sehingga
mikroba yang ada di dalamnya bisa dikurangi sampai batastidak membahayakan
produk dan konsumen.
ü
Kemasan gelas kaca
Untuk kemasan gelas kaca proses pasteurisasi
dilakukan denganmetode penguapan (steaming). Produk yang dikemas dalam gelas
kacadimasukkan ke dalam panci yang biasa digunakan untuk mengukus.Prinsip kerjanya
adalah produk dikukus dalam panci besar, dan yangberperan dalam proses
pasteurisasinya adalah uap air yang dihasilkanoleh pemanasan air pada panci
bagian bawah. Waktu yang diperlukanuntuk proses pasteurisasi pada gelas kaca
adalah 1 jam.
Proses pasteurisasi pada
tahap ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah:
a.
Kombinasi suhu dengan waktu pemanasan
b.
Sifat-sifat penetrasi panas dari bahan makanan dan bahan pembungkus.
c.
Jenis mikroba
d.
Kuantitas produk.
2. Pendinginan
Setelah mengalami proses
pasteurisasi, produk harus segera didinginkan.Cara pendinginan untuk produk
yang dikemas menggunakan kemasanplastik dan gelas kaca juga berbeda. Untuk
produk kemasan plastik carapendinginannya adalah dengan cara direndam dalam air
dingin. Produkdiangkat dari dalam panci perebusan kemudian langsung direndam
airdingin sampai produk benar-benar dalam kondisi dingin, kemudian
baruditiriskan dalam keranjang.
Untuk kemasan gelas kaca
perlakuan yang dilakukan bukan denganperendaman tetapi disemprot dengan air
dingin. Produk yang selesaidipasteurisasi kemudian ditata di atas meja lalu
disemprot perlahan-lahandengan air dingin. Perlakuan ini berbeda karena jika
gelas kaca direndamdalam air dingin dikhawatirkan nanti akan ada air yang masuk
ke dalamkemasan, selain itu juga untuk mencegah pecahnya gelas kaca akibat
perubahan suhu yang cepat dan ekstrim. Jika suhu gelas kaca sudahturun,
penyemprotan dihentikan.
3. Pelabelan
Setelah melalui tahap
pasteurisasi dan pendinginan, produk segera diberilabel sesuai dengan waktu
produksi yang dilakukan. Pemberian labeluntuk kemasan manisan Carica memuat
informasi:
a.
Nama produk pangan
b.
Daftar bahan/komposisi
c.
Keterangan berat bersih
d.
Keterangan nama dan alamat perusahaan
e.
Keterangan tanggal kadaluarsa
f.
Keterangan nomor/kode produksi
g.
Petunjuk pemakaian
h.
Petunjuk penyimpanan
i.
Nomor ijin perusahaan
j.
Sertifikasi halal
Menurut SK Deputi
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya no. Hk 00.06.62.122, tanggal 17
Maret 2003 tentang PedomanUmum Pelabelan Produk Pangan, informasi dalam kemasan
manisanCarica ini sudah cukup lengkap. Hanya saja kekurangan terletak padabelum
dicantumkannya informasi tentang kandungan gizi produk dansertifikasi dari
BPOM. Menurut keterangan dari pimpinan perusahaan,pihak perusahaan telah melakukan
pengajuan sertifikasi untukmemperoleh perijinan dari BPOM. Tetapi karena proses
birokrasi yangterlalu berbelit-belit, perusahaan menetapkan hanya
menggunakansertifikasi halal dari MUI Indonesia dan nomor ijin PIRT.
4.
Packaging
Produk yang sudah diberi
label sesuai dengan kode produksinyakemudian dimasukkan ke dalam karton/kardus
(kemasan sekunder) untukmemudahkan proses distibusi kepada konsumen. Namun
sebelumdidistribusikan, beberapa produk diambil sebagai sampel untuk
diberiperlakuan inkubasi selama 1 minggu.
Setelah melalui serangkaian
proses pengemasan dan pasteurisasi, produkmanisan Carica yang sudah jadi
selanjutnya diambil beberapa sampelproduk untuk diinkubasi selama 7 hari.
Tujuan perlakuan inkubasi iniadalah untuk mengetahui ada/tidaknya kerusakan
yang terjadi padaproduk selama penyimpanan 7 hari. Jika tidak terjadi perubahan
atautidak ditemukan adanya kerusakan pada produk, maka produk akansegera
didistribusikan. Namun, jika ditemukan kerusakan maka semuaproduk yang memiliki
kode dan tanggal produksi yang sama tidak akandidistribusikan kepada konsumen
dan akan dimusnahkan.
3.3 Manajemen Persediaan Produk Jadi
Salah satu distributor dan produsen carica
didaerah wonosobo adalah :
Cv.Yuasafood..Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan makanan
khas Wonosobo juga olahan makanan jenis lain seperti manisan,
sirup dan juga keripik. CV. Yuasafood beralamat di Jalan. Dieng Km. 3,5 Krasak,
Mojotengah, Wonosobo, Jawa Tengah. CV.
Produk unggulan adalah manisan carica dengan brand buavica, adalah
produk olahan dari buah carica dengan tambahan larutan gula dan sari buah
carica. CV.Yuasafood melayani pembelian skala kecil maupun skala besar, semakin
banyak memesan harga yang ditawarkan pun semakin murah.
Dan
bisa nego untuk kesesuaian harga dan ongkos kirim yang cocok bagi konsumen.
1. Pabrik
Carica Terbaik
Pabrik carica di Wonosobo kini semakin
banyak, dengan bertambahnya konsumen yang tertarik akan lezatnya manisan
carica, baik wilayah Wonosobo maupun luar Wonosobo.
CV.Yuasafood sangat mengedepankan kualitas
mutu dan kebersihan setiap produk makanannya. Dimulai dari proses pemilihan
bahan, proses produksi sampai akhir proses sampai menjadi bahan siap saji.
Selain itu kebersihan setiap individu selalu terpantau agar hasil produk
berkualitas dan aman untuk konsumen.
2.
Pengolahan Carica
Pengolahan
manisan carica dari bahan dasar sampai menjadi manisan carica yang enak,
tidaklah mudah, pengetahuan akan proses produksi saja belum cukup, Anda harus
menguasai tentang HACCP (Hazard Analys Critical Control Point) dimana
harus memperhatikan titik rawan pada pengolahan, yang dapat berpengaruh pada
kualitas produk baik untuk keamanan atau pun jaminan kesehatan pada
konsumen.Bahan dasar pembuatan adalah buah carica pilihan, gula alami, air
bersih dan pengaturan keasaman yang tela sesuai standar yang ada.
Produk manisan carica dikemas dengan aneka
ragam jenis kemasan, yang paling sering Anda lihat adalah gelas jar atau pun
jenis cup mangkok plastik, selain itu ada juga dalam kemasan Pouch tapi baru
dalam jumlah sedikit yang tersedia di pasaran.
Kemasan juga salah satu hal
yang wajib Anda perhatikan, jika proses sterilisasi pada kemasan kurang
maksimal, bisa saja bakteri yang tersisa atau bakteri bisa masuk, sehingga
mengkontaminasi produk. Hal tersebut bisa menghasilkan produk yang tidak aman
bagi konsumen dan produk cepat rusak.
3.
Distributor Manisan Carica
Pendistributoran produk
carica telah meluas ke beberapa daerah, Sebagai contoh untuk wilayah Wonosobo,
Temanggung dan Magelang telah terdapat produk-produk CV.Yuasa di Toko
Oleh-oleh. Dan sebagian diedarkan digrosir milik CV.Yuasa itu sendiri.
4.
Grosir Carica
CV.Yuasa juga membuka grosir untuk mengedarkan dan
memasarkan hasil produk carica yang berlokasi dekat dengan pabrik. Harga yang
ditawarkan juga beragam, semakin banyak membeli maka akan ada tawaran harga
murah dari grosir CV.Yuasa.
5.
Harga
Manisan Carica CV.Yuasafood
Secara
garis besar, produk Carica CV.Yuasafood
adalah sirup buah carica yang kami bedakan menjadi tiga kemasan, yaitu Kemasan
Cup Mini 125gr, Kemasan Cup Besar 250gr dan Kemasan Botol 350gr. Untuk
perbandingan lebih jelasnya antara ketiga kemasan tersebut beserta harganya,
Anda bisa lihat pada keterangan di bawah ini.
1) CupMini125 gr, Isi 4 cup
·
Konsumen (Pembelian 1-19 Dus) : 18.000
·
Reseller II (Pembelian Minimal 20 Dus) : 12.500
·
Reseller I (Pembelian Minimal 50 Dus) : 12.000
·
Agen II (Pembelian Minimal 200 Dus) : 11.000
·
Agen I (Pembelian Minimal 500 Dus) : 10.000
·
Distributor (Pembelian Minimal 1500 Dus) : Hubungi CV.Yuasafood
2)
Cup Mini 125 gr, Isi
6 Cup
·
Konsumen (Pembelian 1-19 Dus) : 25.000
·
Reseller II (Pembelian Minimal 20 Dus) : 18.000
·
Reseller I (Pembelian Minimal 50 Dus) : 17.000
·
Agen II (Pembelian Minimal 200 Dus) : 16.000
·
Agen I (Pembelian Minimal 500 Dus) : 15.000
·
Distributor (Pembelian Minimal 1500 Dus) : Hubungi CV.Yuasafood
3)
Cup Mini 125 gr, Isi
12 Cup
·
Konsumen (Pembelian 1-19 Dus) : 45.000
·
Reseller II (Pembelian Minimal 20 Dus) : 38.000
·
Reseller I (Pembelian Minimal 50 Dus) : 35.000
·
Agen II (Pembelian Minimal 200 Dus) : 33.000
·
Agen I (Pembelian Minimal 500 Dus) : 31.000
·
Distributor (Pembelian Minimal 1500 Dus) : Hubungi CV.Yuasafood
4)
CupMini
125gr, Isi 48 Cup
·
Konsumen (Pembelian 1-19 Dus) :
170.000
·
Reseller II (Pembelian Minimal 20
Dus) : 130.000
·
Reseller I (Pembelian Minimal 50
Dus) : 120.000
·
Agen II (Pembelian Minimal 200
Dus) : 115.000
·
Agen I (Pembelian Minimal 500
Dus) : 110.000
·
Distributor (Pembelian Minimal
1500 Dus) : Hubungi CV.Yuasafood
5)
Botol
Kaca 350gr, Isi 6 Botol
·
Konsumen (Pembelian 1-19 Dus) :
90.000
·
Reseller II (Pembelian Minimal 20 Dus) : 68.000
·
Reseller I (Pembelian Minimal 50 Dus) : 65.000
·
Agen II (Pembelian Minimal 200 Dus) : 63.000
·
Agen I (Pembelian Minimal 500 Dus) : 60.000
·
Distributor (Pembelian Minimal 1500 Dus) : hubungi CV.Yuasafood
3.4 Manajemen Limbah
1.
Penanganan Limbah
Limbahyang dihasilkandariprosespengolahanmanisanCaricaterdiri
darilimbahpadat danlimbahcair.
Sedangkanuntuk
limbah padatnya berupa
potongan plastik, kulit buah Carica,
biji Carica,
buah Caricabusuk.
a.Limbah
Cair
Limbah cair yang ada di UD. Yuasafood Berkah Makmur
berupa air sisa proses produksi dan pencucian peralatan produksi. Untuklimbahcair perusahaantidakmelakukanpenanganankhusus terkaitdenganpembuanganlimbah. Limbah ini setiap hari dialirkan melalui selokan-selokan
kecil yang ada disamping bangunan yang selanjutnya dibuang mengikuti aliran air selokan. Perusahaan menganggap
limbah cairyang dihasilkan
tidak membahayakan
lingkungan, karena sebagianbesarlimbahmerupakansisa
pencucianbahanbakuyang
tidakmengandung bahankimiaberbahaya.Tidak
ada penanganan khusus bagi limbah cair ini karena tidak mengandung bahan -bahan kimia yang dapat membahayakan
dan mencemari lingkungan sekitar. Sementarauntukairsisa pencucianperalatandansisapembersihanruang
produksihanya
menggunakansedikitdeterjen,sehinggajikadibuang
kesungaitidakakan
berdampak buruk.
b. Limbah Padat
Limbah padat yang ada di UD. Yuasafood Berkah
Makmur berupa sisa pengupasan buah carica atau kulit buah carica. Limbah ini
dibuang di bak sampah perusahaan dan akan diambil oleh petugas kebersihan dan
juga dapat dijadikan makanan ternak. Limbah padat
seperti
plastik, potongan
Caricayang
tidak terpakai,kulitbuah Carica,biji Carica,danbuah Carica busukjuga tidak diberiperlakuan
khusus sebelum dibuang.
Setelah proses produksi berakhir,
semua sampah tersebut langsung
dibuang dipenampungan
sampah yang
ada di area luar pabrik. Penampungan sampah ini adalah
milik pemerintahan berupa bak truk
sampah yang
disediakan
didekat area
pabrik.Selama menjalani
proses magang, baksampahyang
ada
diluar pabrik ini belum
pernah terlihat dikosongkan
oleh pihakyang
berkepentingan, sehingga sampah didalamnya
sampai
tercecer
keluar. Hal ini bisa menimbulkan
polusi dan nantinya bisa menghasilkan
sumber bibit penyakit
yang dapat mengkontaminasi produk
olahan perusahaanYuasafood
Berkah Makmur.
c. Limbah gas.
Limbah gas yang ada di UD. Yuasa Food Berkah
Makmur berupa uap air dari aktivitas proses pemanasan penggunaan kompor gas.
Limbah ini dibiarkan ke udara melalui ventilasi yang terdapat pada ruang
produksi . dalam ha ini penanganan limbah tidak perlu di mencemari lingkungan
Perusahaaan Yuasa Food Kab Wonosobo Jateng.
2.
Unit Penanganan Limbah Industri
Secara umum buangan yang berasal dari UD. Yuasafood
Berkah Makmur dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas. Ketiga masih dalam
taraf normal dan tidak membahayakan lingkungan sekitar pabrik. Hal tersebut
dikarenakan, saat menjalankan proses produksi jumlah zat kimia yang digunakan
relatif kecil begitu pula dengan peralatan yang digunakan. Peralatan yang digunakan bersifat sederhana
sehingga gas atau uap yang terbuang tidak menimbulkan cemaran lingkungan.
Limbah padat dari produksi dapat berupa
bungkus/kemasan bahan, sisa bahan baku yang tidak terpakai serta bahan yang
digunakan saat sanitasi. Limbah padat dibuang langsung oleh petugas kebersihan
daerah setempat. Selain limbah tersebut, kebisingan juga termasuk
didalamnya karena suara bising dari
peralatan dapat mengganggu ketenangan lingkungan. Umumnya kebisingan masih bisa
ditoleransi karena jumlah peralatan yang digunakan sedikit dan sederhana
sehingga tidak menimbulkan suara bising
sampai keluar pabrik.
3.6 Proses Peramalan Produksi Pada Periode
Berikutnya
1. Meningkatkan ketersediaan
bahan baku carica.
Strategi memperbanyak dan
meningkatkan bahan baku adalah dengan meningkatkan jumlah tanaman carica dan mengintensifkan
penanaman yang sudah ada, membuat kebijakan yang melindungi pengusaha
agroindustri manisan carica dan meningkatkan kualitas manisan carica. Strategi
mengintensifkan penanaman yang sudah ada dengan memaksimalkan ke tiga desa yang
memenuhi syarat untuk budidaya tanaman carica, dengan menjadikan tanaman carica
sebagai tanaman prioritas daerah.
Mengintensifkan penanaman
tanaman carica dapat dilakukan dengan mensubsidi bibit unggul, pemberian pupuk
yang berkualitas dan sesuai dengan dosis dan bantuaan alat saprodi pertanian
serta melakukan penyuluhan penanaman budidaya yang baik dan benar.
2. Memperbesar kapasitas
produksi.
Kapasitas produksi dapat didefinisikan sebagai
volume atau jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh suatu
fasilitas produksi atau perusahaan
dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia saat itu. Pada perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk
dan berproduksi untuk pasar, penentuankapasitas produksi sangat penting
Dasar untuk menentukan
kapasitas produksi pabrik (manufaktur) diantaranya strategi
perencanaan kapasitas produksi, faktor-faktor
penentu dalam penentuan kapasitas produksi dan perencanaan kapasitas produksinya
Pengukuran kapasitas
dapat dilaksanakan berdasar output atau berdasar inputtergantung macam lembaga atau kegiatannya. Misal pabrik
garmen, mengukur kapasitas berdasarkan output dan lembaga pendidikan mengukur
kapasitas berdasarkan input yangditunjukkan
oleh daya tampung untuk mencapai keberhasilan.
3. Seversifikasi produk
(Aseptis filling system)
·
Menghemat
Waktu
Dengan menggunakan
filing system yang tepat, penyimpanan produk carica dan penemuan kembali arsip
dapat dilakukan dengan mudah tanpa membuang waktu yang sia-sia.
·
Menghemat
Biaya
Dalam kegiatan
penyimpanan (filling) dan penemuan kembali (finding) arsip tidak terlalu banyak
menimbulkan tenaga sehingga dapat menghemat biaya.
·
Menghemat
Tempat
Dengan menggunakan
filing system yang tepat penyimpanan arsip tidak membutuhkan ruangan yang luas
dan peralatan yang banyak, karena arsip yang disimpan hanyalah arsip – arsip
yang bernilai guna saja.
4. Produksi frozen fruits and
fagetables
Peramalan
dalam hal ini memliki tujuan :
- Pengolahan lebih sederhana karena produk carica sudah
“bersih”
- Menjamin ketersediaan pasokan sepanjang tahun. Dengan
umur simpan yang relatif panjang, bahkan produk musiman dapat tersedia
sepanjang tahun, kapan saja diperlukan sehingga dalam penjualan produk ini
harga akan selalu terjangkau dan tetap stabil.
- Harga relatif murah, terutama untuk produk musiman yang
dibekukan pada saat musim panen ketika harga murah sehingga harganya
relatif murah dibanding produk segar.
- Kualitas lebih konsisten untuk setiap kali memproduksi.
- Lebih terjamin keamanan makanannya karena dibekukan
dalam keadaan segar.
5. Memaksimalkan pasar dalam
negeri
Secara
umum peningkatan kualitas produk adalah strategi yang diterapkan oleh suatu
perusahaan untuk meningkatkan suatu prduk yang di produksi oleh perusahaan
dengan menciptakan produk dengan bentuk dan fungsi yang lebih banyak agar tetap
diminati oleh buyer luar negeri. Melalukan peningkatan
investasi di dalam negeri guna menutupi tingkat ekspor jika mengalami
penurunan. Potensi pasar dalam negeri harus dapat dioptimalkan, serta biaya
biaya logistic harus terus diturunkan. Upaya peningkatan daya saing Negara
Indonesia dengan memanfaatkan teknologi informatika untuk kepentingan kemajuan
perdagangan sehingga Indonesia mampu bersikap “ Outward looking “ dalam
menghadapi ekonomi dalam pasar global dengan membutuhkan jaminan hokum,
perluasan pengembangan usaha bersama(koperasiPenguasaan industry pengelolaan
barang mentah hasil SDA Indonesia(nasionalisasi). Kegiatan
yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pasar produk manisan carica dengan mengadakan pameran atau kerjasama dengan
situs pemerintahan, cara lainnya yaitu dengan melakukan kerjasama dengan biro
wisata, pemilik penginapan, pemilik toko oleh-oleh dan pengelola kawasan wisata
di Kabupaten Wonosobo.
6. Mengembangkan pasar ekspor
Asosiasi Pengusaha Carica
(APC) ini diharapkan antar pengusaha agroindustri manisan carica saling
bekerjasama dan berbagi pengalaman dalam menggiatkan produksi manisan carica di
berbagai daerah sampai internasional. Antar anggota APC bisa belajar satu sama
lain mengenai pemasaran, manajemen kewirausahaan, cara untuk mengatasi
permasalahan produksi, cara untuk memenuhi permintaan konsumen, bertukar
informasi mengenai pengadaan bahan baku dan informasi biaya bahan baku
pendukung yang fluktuatif. Pengusaha agroindustri manisan carica juga bisa
bekerjasama dalam memenuhi permintaan konsumen yang meningkat pesat ketika
musim libur.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
·
Perlakuan produk jadi
setelah selesai diproduksi yaitu masuk keproses pengemasan produk hingga sampai
kepackaging sehingga barang siap didistribusikan.
·
Produk carica pada Cv Yuasa Food sebelum didistribusikan akan
dilakukan pengemasan selama beberapa tahab. Tahab yang pertama yakni Pasteurisasi
kemudian dilanjutkan dengan pendinginan, setelah dilakukan pelabelan dan yang
terakhir adalah packaging.
·
Proses pengolahan limbah
pun dilakukan dengan beberapa tahab yakni pengolahan limbah padat, limbah cair
dan juga pengolahaan limbah gas.
·
Dan untuk peramalan usaha
pada periode berikutnya dilakukan dengan beberapa cara mulai dari meningkatkan
bahan baku carica,meningkatkan proses produksi sampai mengembangkan pasar
ekspor.
4.2 Saran
·
Lebih meningkatkan kualitas
produk agar hasil produksinya maksimal.
·
Pengemasan pada produk
dibuat lebih menarik lagi agar bisa menarik minat konsumen.
·
Perusahaan harus melakukan
diversifikasi produk agar bisa bersaing dipasar nasional dan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Haghi. (2010). Waste Management. Nova
Science: Canada.
Abdullah, Soni P. 2009. Pemanfaatan buah Carica
menjadi Sirup. http://sonip-abdullah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 21
Maret2010.
Afrianti MS, Dr. Ir. Leni Herliani. 2008. Teknologi
Pengawetan Pangan.Penerbit Alfabeta. Bandung.
Biegel, John E. 1999. Pengendalian
Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif. Akademika Presindo: Jakarta.
Buckle et al. 1985. Ilmu Pangan.
Terjemahan: Hari Punomo dan Adiono. UI Press: Jakarta.
[Distan] Dinas Pertanian Subdin Hortikultura Kabupaten
Wonosobo. 2008. Deskripsi Usulan Flora Carica (Carica candamarcensis)
KabupatenWonosobo. Wonosobo: Distan Kabupaten Wonosobo.
Desrosier, Norman W. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan.
UI-Press.Jakarta
Ginting, P. 2002. Teknologi
Pengolahan Limbah. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan.
Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi
Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Hidayat S. 2000. Potensi dan prospek pepaya gunung
(Carica pubescens Lanne & K. Koch) dari Sikunang, Pegunungan Dieng,
Wonosobo. Prosiding seminar; Bogor. Bogor: UPT Balai Pengembangan Kebun
RayaLIPI Bogor. hlm 89-95.
Khairani, Caya & Andi Dalapati. 2007. Pengolahan
Buah-buahan Nomor:01/Juknis/CK-AD/P4MI/2007. Departemen Pertanian.
BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian BPTP Sulawesi Tengah.
Nusa Idaman Said.(2011).Pengelolaan Limbah Domestik.BPPT:
Jakarta.
Sediaoetama, M.Sc. Prof. DR. Achmad Djaeni. 2000. Ilmu
Gizi. Dian Rakyat: Jakarta.
Syarief, R., S. Santausa, St. Ismayana, B. 1987.
Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium rekayasa proses pangan, PAU pangan
dan gizi, IPB: Bogor.
Pranowo, Galih. 2009. Makalah Limbah Padat. Fakultas
Sains Terapan Institut Sain dan Teknologi Yogyakarta: Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1993. Pangan
Gizi Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
LAMPIRAN
|
|
Gambar 1. Foto kelompok |
Gambar 2. Pengupasan |
|
|
Gambar 3. Pemisahan daging
dan biji |
Gambar 4. Pencucian |
|
|
Gambar5. Pengirisan dan pengemasan |
Gambar 6. Pengukusan |
|
|
Gambar 7. Pengepresan Cup |
Gambar 8. Produk Siap Packing |
|
|
Gambar 9. Pengepakan/Pengepakan |
Gambar 10. Pengepakan/Packing |
No comments:
Post a Comment