BAB I
PENDAHULUAN
1
pH tanah
1.1 Pendahuluan
Tanah merupakan komponen penting
bagi pertanian, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi tanah
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yaitu Reaksi (pH) tanah. Reaksi ph tanah ini sangat erat
kaitannya dengan kesuburan tanah yang nantinya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman dan berdampak pada produktifitas tanaman.
Setiap tanaman memerlukan jumlah
hara dalam komposisi yang berbeda-beda, pengetahuan pengaruh pH
Tanah terhadap pola ketersediaan hara tanah dapat di gunakan sebagai acuan
dalam pemeliharaan tanaman yang sesuai dengan suatu jenis tanah, melalui
berbagai penelitian, telah di ketahui bahwa tanaman tertentu mempunyai kisaran
pH ideal yang tertentu pula. PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (didalam tanah). Makin tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam
tanah tersebut. Bila kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
1.2 tujuan
2. DHL
2.1 pendahuluan
Dalam tanah terdapat garam-garam terlarut yang dapat
berfungsi sebagai penghantar listrik. Jumlah daya elektron sebanding dengan
garam yang ada. Pengukur hantaran (konduktivitas) listrik tersebut merupakan indikasi
konsentrasi senyawa-senyawa yang terionisasi dengan tingkat ketelitian tinggi. Penetapan
DHL, tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara elektrode-elektrode
paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan perbandingan contoh tanah dan
pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan yang terletak diantara elektrode bertindak
sebagai penghantar listrik, dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan
dapat diterapkan. Konduktivitas larutan dinyatakan dalam satuan mili atau mikro
per cm (ms cm-1 atau µs cm-1.
2.2 tujuan
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah asam terkadang di anggap tidak
subur karena menyebabkan penurunan ketersediaan beberapa nutrisi dan
peningkaatan logam berat ke tingkat beracun. Dalam hal ini curah hujan yang
tinggi juga dapat menyebabkan tanah asam (Shi, 2009).
Logam berat menyerap ke dalam tanah
sangat dipengaruhi oleh ph tanah solusi, Limbah industry dengan terkonsentrasi
tinggi membuat kondisi ph tidak terkendali (Fonseca, 2009).
Faktor yang mempengaruhi pH tanah
adalah unsure yang terkandung dalam tanah, adalah unsur-unsur yang terkandung
dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH mineral tanah, air hujan, dan bahan
induk. Bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi bergantung jenis mineral
penyusunnya dan derajat pelapukannya, sehingga tanah-tanah muda yang baru
terbentuk mempunyai pH yang selaras dengan bahan induknya. Tanah-tanah berbahan
induk batuan kapur karbonat ber pH di atas 8, sedangkan yang beragam Na dapat
mencapai pH 10 (Hanafiah, 2010).
Kemasaman
berpengaruh pada ketersediaanya atau
tidak tersedianya hara tanaman. Dalam hal ini kita mengenal pH tanah. pH tanah
adalah suatu ukuran aktifitas ion hydrogen di dalam larutan aior tanah dan
dapat di pakai sebagai ukuran bagi keasaman tanah. Hara adalah log dari harga
kebalikan Cons ion Hidrogen (Karta sapoetra, 2007).
Metode
kolorimetri berdasarkan pada reaksi contoh tanah dengan suatu larutan
indikator, lalu membandingkan warna suspensi.
Metode ini mampu mensidik nilai pH tanah pelikan dari 3,8 sampai 9,6. indikator pH yang dikenal saat ini adalah
bromkisol hijau, kresol merah, dan lain-lain.
Metode elektrometris berlandaskan pada perhitungan daya hantar listrik
sistem tanah yang diuji dan nilai itu langsung dikalinrasi dengan kepekatan ion
H+. ketelitian metode ini mencapai 0,1
satuan pH ( UNILA,2008).
Daya
hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus
listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik
yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh
karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin
tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion
anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya (Candra,2007).
Menurut
penelitian Purwanto (2012), terbukanya lahan menyebabkan penurunan kandungan
bahan organik tanah dan intensifnya pencucian hara oleh air hujan. Hal ini
mengakibatkan leaching kation-kation basa, sehingga akan menurunkan kejenuhan
basa yang menyebabkan pH tanah menurun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Dari table hasil pengamatan penetapan pH
tanah ,dengan percobaan menggunakan pH meter terlihat bahwa pH H2O lebih tinggi dibandingkan
pH KCl. Pelarut pada KCl lebih rendah jika di bandingkan dengan pelarut H2O dikarenakan garam
KCl akan melepas H+ dari kompleks jerapan, sehingga tanah
akan lebih masam. Tanah yang masam karena kandunganH+ yang
tinggi dan banyak ion Al3+ yang bersifat masam karena
dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dengan menggunakan H2O dan KCl, pH H2O dihasilkan lebih
tinggi dari pH KCl. Hal ini disebabkan karena kemasaman yang di ukur dengan
menggunakan H2O adalah kemasaman aktif sedangkan pH KCL mengukur kemasan aktif dan
kemasaman potensial. KCl mampu mengukur mengukur aktivitas H+ yang
ada diluar tanah disebabkan karena ion K+ yang berasal dari
KCl dapat ditukar dengan ion H+, sedangkan hal tersebut
tidak berlaku untuk H2O.
Tanah inceptisol umumnya hanya mempunyai
horizon yang banyak mengandung sulfat asam (catday) pH < 3,5 dan
terdapat karatan kisaran kadar C organic dan KTK dalam tanah Inceptisol sangat
besar, begitu juga dengan kejenuhan basa, pH tanah < 3,5 menenjukkan bahwa
tanah tersebut bersifat masam yang berarti kepekatan H+ lebih
tinggi dari kepekatan OH-. Sedangkan tanah ultisol memiliki tingkat
pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-daerah
beriklim humial dan suhu tinggi dengan curah hujan tinggi seperti halnya di
Indonesia. Ini brarti ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses
pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan ultisol mempunyai kejenuhan basa
yang rendah (kurang dari 3,55 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral lapuknya
sangat rendah.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pH
tanah,yang menyebabkan perbedaan nilai pH adalah :
1. Kejenuhan Basa (KB),
apabila semakin besar kejenuhan basa, semakin tinggi pH tanah dan sebaliknya
bila kejenuhan basa rendah, maka pH rendah.
2. Sifat koloid,
merupakan koloid organik mudah mendisosiasikan ion H+ ke
larutan tanah dan sebaliknya untuk koloid Fe dan Al hidroks oksida dan liat
silikat, pH tanah organik < pH tanah mineral yang kaya Fe dan Al hidroks
oksida atau liat silikat pada kejenuhan basa yang sama.
3. Maacam kation yang
terjerap, koloid-koloid yang menjerap Na+ dan ion basa-basa
yang lain akan mempunyai pH tinggi.
4. Jumlah curah hujan
5. Drainase tanah
internal
6. Tipe vegetasi
7. Aktivitas manusia
8. Ketersediaan unsur
hara
9. Tekstur tanah dan
stuktur tanah
11. Bahan organik
Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain :
1. Perbandingan tanah
dengan air, faktor ini harus diperhatikan karena perbandingan tersebut
menentukan besar kecilnya pH, jika perbandingan menurun, maka elektroda tidak
sempurna.
2. Kandungan garam-garam
dalam larutan tanah, tanah-tanah masam mengandung cukup garam-garam terlarut
untuk mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama dengan meningkatnya tekanan
osmosis larutan tanah dan membatasi larutan air. Garam-garam terlarut mungkin
mengendap secara alami dalam tanah di daerah-daerah kering, sebagai akibat
penambahan air irigasi.
3. Keseimbangan CO2 udara
dan CO2 tanah, CO2 yang dihasilkan dari
pernapasan melarut dalam larutan tanah membentuk asam karbonat rendah. Pengaruh
ini terlihat pada tanah-tanah kapur dan tanah alkali lainnya untuk ribuan
tahun, yang menunjukkan bahwa terbentuknya asam karbonat dalam tanah mempunyai
peranan yang kurang berarti dalam menentukan pH tanah.
Upaya yang mungkin dilakukan untuk
mencapai pH dan optimal bagi pertumbuhan tanaman antara lain :
1. Dengan cara
pemeliharaan rutin, seperti memperbaiki biologi tanah, yaitu mikroba tanah
sebagai bahan organik tanah, humufikasi, mineralisasi dan
pengikat nitroksin udara.
2. Memperbaiki kimia
tanah yaitu melakukan pemupukan, mengamati reaksi tanah dan tersedianya unsure
hara bagi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki pH tanah sehingga mencapai pH
sekitar 7 (pH netral). Misalnya dengan pemberian kapur dan pupuk fosfat. Upaya
mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al3+ yang tinggi
dapat dilakukan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH
tanah dari masam ke pH netral, serta menurunkan kadar Al3+. Untuk
menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur
selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan
basa. Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah ultisol,
karena disamping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi
fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah ultisol dapat disebabkan oleh
kandungan P pada bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P
sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena diserap oleh unsur
lain seperti Al dan Fe.
3. Penambahan bahan
organik, bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi
dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah
diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata
terhadap pergerakan dan pencucian hara. Penyediaan bahan organik dapat pula
diusahakan melalui pertanaman lorong (alley cropping).
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan
mengenai reaksi (pH) tanah dapat disimpulkan bahwa :
1. pH H2O
lebih tinggi dibandingkan pH KCl.
2. Denagn pengukuran
menggunakan pH meter dan kertas lakmus, dahasikan bahwa pH tanah ultisol lebih
tinggi daripada pH tanah inceptisol.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pH tanah antara lain adalah perbandingan air dengan tanah,
kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara
dan CO2 tanah.
4. Penetapan pH tanah
dengan pH meter hasilnya lebih akurat dibandingkan menggunakan kertas lakmus
yang sifatnya kualitatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Candra,Bidiman.2007.Pengantar kesehatan
lingkungan.Buku kedokteran EGC.:Jakarta
Hardjowigeno,
S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika. Pressindo : Jakarta
Hanafiah, Ali Kemas. 2010.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja GrafindoPersada..
Fonseca, B.A.Teixeira, H.
Figuiredo dan T. Tauares. 2009.Modelling
of The Cr (VI) Transport In Thypical Soils of The Nort of Portugal. Journal of
Hazardous Materils 167 :
Karto Sapoetra.2007. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.
Jakarta : PT Riko cipta
Purwanto.2012.
dasar-dasar ilmu tanah. Yogyakarta : kanisius
Shi, dkk. 2009.
Surfac Modelling of Soil PH. Geoderma
Tim Penyusun
Dasar-dasar Ilmu Tanah. 2008. Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah. Universitas lampung. Bandar Lampung.
No comments:
Post a Comment