27 August 2018

pH tanah (DDIT acara 6)


BAB I
PENDAHULUAN
1 pH tanah
1.1  Pendahuluan
            Tanah merupakan komponen penting bagi pertanian, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu Reaksi (pH) tanah. Reaksi ph tanah ini sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah yang nantinya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan berdampak pada produktifitas tanaman.
            Setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda, pengetahuan pengaruh  pH Tanah terhadap pola ketersediaan hara tanah dapat di gunakan sebagai acuan dalam pemeliharaan tanaman yang sesuai dengan suatu jenis tanah, melalui berbagai penelitian, telah di ketahui bahwa tanaman tertentu mempunyai kisaran pH ideal yang tertentu pula. PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
1.2  tujuan
2. DHL
2.1 pendahuluan
            Dalam tanah  terdapat garam-garam terlarut yang dapat berfungsi sebagai penghantar listrik. Jumlah daya elektron sebanding dengan garam yang ada. Pengukur hantaran (konduktivitas) listrik tersebut merupakan indikasi konsentrasi senyawa-senyawa yang terionisasi dengan tingkat ketelitian tinggi. Penetapan DHL, tanah dilaksanakan berdasarkan tahanan listrik antara elektrode-elektrode paralel yang dicelupkan dalam suspensi dengan perbandingan contoh tanah dan pelarut 1:1. Pada sistem ini larutan yang terletak diantara elektrode bertindak sebagai penghantar listrik, dan hukum fisika yang berhubungan dengan hambatan dapat diterapkan. Konduktivitas larutan dinyatakan dalam satuan mili atau mikro per cm (ms cm-1 atau µs cm-1.
2.2 tujuan
BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA
            Tanah asam terkadang di anggap tidak subur karena menyebabkan penurunan ketersediaan beberapa nutrisi dan peningkaatan logam berat ke tingkat beracun. Dalam hal ini curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan tanah asam (Shi, 2009).
            Logam berat menyerap ke dalam tanah sangat dipengaruhi oleh ph tanah solusi, Limbah industry dengan terkonsentrasi tinggi membuat kondisi ph tidak terkendali (Fonseca, 2009).
            Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsure yang terkandung dalam tanah, adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH mineral tanah, air hujan, dan bahan induk. Bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi bergantung jenis mineral penyusunnya dan derajat pelapukannya, sehingga tanah-tanah muda yang baru terbentuk mempunyai pH yang selaras dengan bahan induknya. Tanah-tanah berbahan induk batuan kapur karbonat ber pH di atas 8, sedangkan yang beragam Na dapat mencapai pH 10 (Hanafiah, 2010).
            Kemasaman berpengaruh pada ketersediaanya  atau tidak tersedianya hara tanaman. Dalam hal ini kita mengenal pH tanah. pH tanah adalah suatu ukuran aktifitas ion hydrogen di dalam larutan aior tanah dan dapat di pakai sebagai ukuran bagi keasaman tanah. Hara adalah log dari harga kebalikan Cons ion Hidrogen (Karta sapoetra, 2007).
            Metode kolorimetri berdasarkan pada reaksi contoh tanah dengan suatu larutan indikator, lalu membandingkan warna suspensi.  Metode ini mampu mensidik nilai pH tanah pelikan dari 3,8 sampai 9,6.  indikator pH yang dikenal saat ini adalah bromkisol hijau, kresol merah, dan lain-lain.  Metode elektrometris berlandaskan pada perhitungan daya hantar listrik sistem tanah yang diuji dan nilai itu langsung dikalinrasi dengan kepekatan ion H+.  ketelitian metode ini mencapai 0,1 satuan pH ( UNILA,2008).
            Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya (Candra,2007).
            Menurut penelitian Purwanto (2012), terbukanya lahan menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah dan intensifnya pencucian hara oleh air hujan. Hal ini mengakibatkan leaching kation-kation basa, sehingga akan menurunkan kejenuhan basa yang menyebabkan pH tanah menurun.


 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan
Dari table hasil pengamatan penetapan pH tanah ,dengan percobaan menggunakan pH meter terlihat bahwa pH H2O lebih tinggi dibandingkan pH KCl. Pelarut pada KCl lebih rendah jika di bandingkan dengan pelarut H2O dikarenakan garam KCl akan melepas H+ dari kompleks jerapan, sehingga tanah akan lebih masam. Tanah yang masam karena kandunganH+ yang tinggi dan banyak ion Al3+  yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dengan menggunakan H2O dan KCl, pH H2O dihasilkan lebih tinggi dari pH KCl. Hal ini disebabkan karena kemasaman yang di ukur dengan menggunakan H2O adalah kemasaman aktif sedangkan pH KCL mengukur kemasan aktif dan kemasaman potensial. KCl mampu mengukur mengukur aktivitas H yang ada diluar tanah disebabkan karena ion K+ yang berasal dari KCl  dapat ditukar dengan ion H+, sedangkan hal tersebut tidak berlaku untuk H2O.
Tanah inceptisol umumnya hanya mempunyai horizon yang banyak  mengandung sulfat asam (catday) pH < 3,5 dan terdapat karatan kisaran kadar C organic dan KTK dalam tanah Inceptisol sangat besar, begitu juga dengan kejenuhan basa, pH tanah < 3,5 menenjukkan bahwa tanah tersebut bersifat masam yang berarti kepekatan Hlebih tinggi dari kepekatan OH-. Sedangkan tanah ultisol memiliki tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah­-daerah beriklim humial dan suhu tinggi dengan curah hujan tinggi seperti halnya di Indonesia. Ini brarti ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan ultisol mempunyai kejenuhan basa yang rendah (kurang dari 3,55 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral lapuknya sangat rendah.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi pH tanah,yang menyebabkan perbedaan nilai pH adalah :
1.      Kejenuhan Basa (KB), apabila semakin besar kejenuhan basa, semakin tinggi pH tanah dan sebaliknya bila kejenuhan basa rendah, maka pH rendah.
2.      Sifat koloid, merupakan koloid organik mudah mendisosiasikan ion Hke larutan tanah dan sebaliknya untuk koloid Fe dan Al hidroks oksida dan liat silikat, pH tanah organik < pH tanah mineral yang kaya Fe dan Al hidroks oksida atau liat silikat pada kejenuhan basa yang sama.
3.      Maacam kation yang terjerap, koloid-koloid yang menjerap Na+ dan ion basa-basa yang lain akan mempunyai pH tinggi.
4.      Jumlah curah hujan
5.      Drainase tanah internal
6.      Tipe vegetasi
7.      Aktivitas manusia
8.      Ketersediaan unsur hara
9.      Tekstur tanah dan stuktur tanah



10.  Ketersediaan air
11.  Bahan organik

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain :
1.      Perbandingan tanah dengan air, faktor ini harus diperhatikan karena perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH, jika perbandingan menurun, maka elektroda tidak sempurna.
2.      Kandungan garam-garam dalam larutan tanah, tanah-tanah masam mengandung cukup garam-garam terlarut untuk mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama dengan meningkatnya tekanan osmosis larutan tanah dan membatasi larutan air. Garam-garam terlarut mungkin mengendap secara alami dalam tanah di daerah-daerah kering, sebagai akibat penambahan air irigasi.
3.      Keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah, CO2 yang dihasilkan dari pernapasan melarut dalam larutan tanah membentuk asam karbonat rendah. Pengaruh ini terlihat pada tanah-tanah kapur dan tanah alkali lainnya untuk ribuan tahun, yang menunjukkan bahwa terbentuknya asam karbonat dalam tanah mempunyai peranan yang kurang berarti dalam menentukan pH tanah.

Upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai pH dan optimal bagi pertumbuhan tanaman antara lain :
1.      Dengan cara pemeliharaan rutin, seperti memperbaiki biologi tanah, yaitu mikroba tanah sebagai bahan organik tanah, humufikasi, mineralisasi dan pengikat  nitroksin udara.
2.      Memperbaiki kimia tanah yaitu melakukan pemupukan, mengamati reaksi tanah dan tersedianya unsure hara bagi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki pH tanah sehingga mencapai pH sekitar 7 (pH netral). Misalnya dengan pemberian kapur dan pupuk fosfat. Upaya mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al3+ yang tinggi dapat dilakukan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari masam ke pH netral, serta menurunkan kadar Al3+. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa. Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah ultisol, karena disamping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah ultisol dapat disebabkan oleh kandungan P pada bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe.
3.      Penambahan bahan organik, bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Penyediaan bahan organik dapat pula diusahakan melalui pertanaman lorong (alley cropping).



BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH) tanah dapat disimpulkan bahwa :
1.      pH H2O lebih tinggi dibandingkan pH KCl.
2.      Denagn pengukuran menggunakan pH meter dan kertas lakmus, dahasikan bahwa pH tanah ultisol lebih tinggi daripada pH tanah inceptisol.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah antara lain adalah perbandingan air dengan tanah, kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah.
4.      Penetapan pH tanah dengan pH meter hasilnya lebih akurat dibandingkan menggunakan kertas lakmus yang sifatnya kualitatif.


























DAFTAR PUSTAKA

Candra,Bidiman.2007.Pengantar kesehatan lingkungan.Buku kedokteran EGC.:Jakarta

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika. Pressindo : Jakarta
Hanafiah, Ali Kemas. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja GrafindoPersada..
Fonseca, B.A.Teixeira, H. Figuiredo dan  T. Tauares. 2009.Modelling of The Cr (VI) Transport In Thypical Soils of The Nort of Portugal. Journal of Hazardous Materils 167 :
Karto Sapoetra.2007. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : PT Riko cipta
Purwanto.2012. dasar-dasar ilmu tanah. Yogyakarta : kanisius
Shi, dkk. 2009. Surfac Modelling of Soil PH.  Geoderma
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah.  2008.  Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah.  Universitas lampung.  Bandar Lampung.




No comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot