05 April 2019

Contoh Proposal Penelitian

TUGAS PRAKTIKUM METODOLOGI PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN XIV KOTO KABUPATEN MUKOMUKO
 BAB I PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang
 Pembangunan pertanian dan perkebunan memiliki arti penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pembangunan disektor pertanian dan perkebunan pada tahap tertentu akan membua pengembangan agribisnis yang cukup besar. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting sebagai pendukung pembangunan industri dan peningkatan pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya alam berupa tanah dan air. Salah satu komoditi perkebunan yang pada saat ini menjadi primadona adalah kelapa sawit. Kelapa Sawit (Alaisis guinensis jack) merupakan komoditi pertanian yang memiliki peran penting bagi perindustrian dan pembangunan ekonomi di Indonesia. Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak kelapa sawit yang mempunyai nilai ekonomi. Minyak kelapa sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.Keunggulan minyak kelapa sawit dibandingkan dengan minyak nabati lainnya adalah produktivitas minyak lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak yang lainnya seperti minyak kedelai, bunga matahari dan minyak kanola (Teoh, 2012). Kabupaten Mukomuko merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang memiliki potensi tanaman perkebunan. Usaha perkebunan di Kabupaten Mukomuko sebagian besar dilakukan oleh rumah tangga perkebunan rakyat dan sisanya oleh perusahaan perkebunan. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Mukomuko, pada tahun 2010 komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan adalah tanaman kelapa sawit dengan luas mencapai 100.412 hektar atau 93,16 % dari total luas tanaman perkebunan. Kecamatan XIV Koto merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai perkebunan kelapa sawit dan produksi yang cukup tinggi di Kabupaten Mukomuko. Mayoritas penduduknya ialah sebagai petani kelapa sawit . Berdasarkan data BPS kabupaten Mukomuko 2011 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pendapatan perkapita. Sementara itu angka kemiskinan kecamatan XIV koto setiap tahunnya terus berkurang. Sehingga hal tersebut menjadi menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. 
 1.2 Perumusan Masalah
1. Berapa pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto
 2. Bagaimana biaya rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto
 3. Bagaimana struktur pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto
 4. Bagaimana kondisi kesejahteraan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto
 1.3 Tujuan dan Kegunaan
1. Mengetahui pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto
2. Menganalisis struktur pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto
 3. Mengetahui kondisi kesejahteraan rumahtangga petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 
Kelapa Sawit Pada tahun 1848 kelapa sawit dikenalkan oleh pemerintahan Klonial Belanda di Indonesia. Ada 4 batang kelapa sawit yang ditanam pertama kali di Kebun Raya Bogor. Tanaman ini mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1991. orang yang pertama kali merintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Andrian Hallet seorang yang berkebangsaan Belgia yang mana telah belajar banyak tentang perkebunan kelapa sawit di Afrika (Yan Fauzi, 1992:5). Tanaman perkebunan diakui dapat menyumbangkan kontribusi yang cukup besar dalam pemenuhan bahan baku agroindustri bahkan penghasil devisa negara. Salah satu komoditi perkebunan yang banyak berperan adalah kelapa sawit. Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedele, kacang tanah dan lain-lain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (25 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg/th setiap orangnya, kebutuhan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsumsi per kapita (Sihotang, 2010). Pendapatan Menurut Marta (2007), pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Untuk memperoleh laba maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari total biaya. Ada beberapa ukuran untuk menghitung pendapatan usahatani yaitu : a. Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dikurangi dengan semua pengeluaran, b. Pendapatan keluarga tani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga kerja keluarga dengan bunga modal milik sendiri dan nilai sewa, dan c. Pendapatan petani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga kerja dan biaya modal sendiri (Soekartawi, 1995). Tingkat Kesejahteraan Indikator kesejahteraan menurut BPS 2005 yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumahtangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air terlindungi/ sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari–hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik 12. Sumber penghasilan kepala rumahtangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar. buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,00 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala rumahtangga tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 
3.1 Waktu dan Tempat
 Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan XIV Koto Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu . Penentuan daerah penelitian didasarkan karena Kecamatan XIV Koto Kabupaten Mukomuko merupakan salah satu daerah yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas di Kabupaten Mukomuko. 
 3.2 Metode Penentuan Responden
 Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap petani kelapa sawit pola swadaya. Populasi adalah petani kelapa sawit di Kecamatan XIV Koto. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 40 orang. 
 3.3 Jenis Data Yang Digunakan \
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
 3.4 Metode Analisis Data
 Analisis Keuntungan/ Pendapatan Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang didapat dari total penerimaan terhadap total biaya, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
 Ï€ = TR – TC
 Dimana: Ï€ = keuntungan (Rp/Luas Lahan/thn)
 TR = Total revenue (penerimaan) (Rp/Luas Lahan/thn)
 TC= Total cost (biaya tenaga kerja, biaya pupuk, biaya panen) (Rp/Luas Lahan/thn)
 Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual atau harga produksi, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
 TR = Q × P
 Keterangan: TR = Penerimaan total (Rp/Luas Lahan)
Q = Jumlah produksi yang dihasilkan (Kg/Luas Lahan)
 P = Harga (Rp/kg)
 Biaya total merupakan total biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani, selama proses produksi berlangsung. Hal ini dapat dirumuskan seperti dibawah ini:
 TC= FC + VC
 Keterangan: TC = Total Cost (Biaya total) 
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap seperti biaya penyusutan)
 VC = Variabel Cost (Biaya Tidak Tetap seperti biaya pupuk)
Kesejahteraan Analisis dilakukan dengan mengelompokan tingkat kesejahteraan berdasarkan 14 indikator tersebut yaitu: 1. Rumahtangga sejahtera apabila tidak memenuhi 0-3 indikator. 2. Rumahtangga hampir sejahtera apabila tidak memenuhi 4-8 indikator. 3. Rumahtangga tidak sejahtera apabila tidak memenuhi 9-12 indikator. 4. Rumahtangga sangat tidak sejahtera apabila tidak memenuhi 13-14 indikator
 3.5 Konsep Pengumpulan Variabel
 Pengumpulan variabel menggunakan metode variabel nominal,yang ditetapkan berdasarkan atas proses penggolongan.
 DAFTAR PUSTAKA
 Bakce, R. 2016. EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT SWADAYA DI KECAMATAN KEMUNING. Jurnal BiBieT, 1(2), 95-107. 

Hendriono,William. 2016. STUDI DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN ANDOWIA KABUPATEN KONAWE UTARA

 Ningsih, E. S. 2016. DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI DESA SUMAJA MAKMUR KECAMATAN GUNUNG MEGANG KABUPATEN MUARA ENIM SUMATERA SELATAN.

Geo Educasia-S1, 1(2). Purba, R., & Rifa, A. 2014. Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Plasma Kelapa Sawit di Desa Rimbah Jaya Tran 500 Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian, 2(1), 1- 13.

 Sari, D. N., & Yulida, R. 2015. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Kelapa Sawit Pola Swadaya di Desa Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian, 2(2), 1-13.

No comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot